TematikUstadz Dr. Syafiq Riza Basalamah, Lc. MA

BIJAK DALAM BERDAKWAH #4 – Kriteria Juru Dakwah Bagian ke-3

Bagian ke 4 dari 14 dalam series Bijak dalam berdakwah

Diterbitkan pertama kali pada: 16-Okt-2020 @ 21:06

8 menit membaca

BIJAK DALAM BERDAKWAH#4 – Kriteria Juru Dakwah Bagian ke-3
(Syarah Kitab dari Syaikh Prof. Dr. Hamud bin Ahmad Ar Ruhaily).
Ustadz Dr Syafiq Riza Basalamah, MA
30 Shafar 1442H

Kita sering menggantungkan masalah kepada sebab, lupa bahwa Allah adalah yang mudah menyelesaikan masalah kita.

وَمَنْ يُضْلِلِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ. وَمَنْ يَهْدِ اللهُ فَمَنْ لَهُ مِنْ مُضِلٍّ

“…Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tidak ada seorang pun dapat memberinya petunjuk. Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak seorang pun dapat menyesatkannya….” (Qs. az-Zumar: 36-37).

Kenapa kita perlu membahas cara dakwah ini? Karena kita semua ini adalah Pendakwah dengan skala dan prioritas yang berbeda2.

Kriteria Pendakwah adalah (yang sudah kita pelajari)

1. Berilmu
2. Ikhlas

Sudah banyak lulusan sekolah agama, namun masih banyak kemaksiatan..

1. Sedikit yang berdakwah
2. Cara dan kapasitas dalam berdakwah

Kriteria selanjutnya.

3. Ikuti cara Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
4. Hikmah… (metode).
5. Lembut dan tidak tergesa-gesa
6 kesabaran
7. Hiasi dengan akhlak yang baik
8. Dimulai dari yang terpenting kemudian yang penting2..

6. Kesabaran

Ada banyak ayat dalam Al Qur’an yang berbicara tentang kesabaran.

Pendakwah perlu energi ekstra dalam kesabaran.

Kita harus tahu bahwa dalam berdakwah itu akan disakiti, dimaki, dan bahkan dibunuh..

Kita belajar dari nasihat Luqman Al Hakim kepada anaknya.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf (baik) dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” (QS. Lukman: 17).

Setelah mendirikan sholat, kita ber amar ma’ruf nahi munkar, dan bersabar karena akan ada yang menimpa kita bila berdakwah…

Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam didatangi malaikat saat menerima wahyu pertama, dan Nabi ﷺ pun ketakutan..

Setelah itu Nabi ﷺ pun segera pulang ke rumah dengan perasaan khawatir dan badan gemetar, me­nemui isterinya, Khadijah binti khuailid. Sesampai­nya di rumah berkatalah beliau, “Selimuti aku!” Berulang kali kata-kata ini diucapkannya, sehingga beliau diselimuti oleh isterinya. Ia diam beberapa saat, dan sementara itu rasa takutnya sudah hilang. Diceritakannyalah pada Khadijah peristiwa yang telah terjadi atas dirinya di Gua Hira’. “Sungguh aku khawatir,” ujarnya.

Khadijah berkata, “Tidak usah khawatir, sekali-kali tidak usah khawatir. Demi Tuhan, Ia tidak akan menghina­kanmu selama-lamanya. Sebab engkau adalah orang yang selalu memelihara silaturrahmi, membantu orang yang tidak punya, menghormati tetamu dan menolong orang yang menderita dalam membela kebenaran.”

Kemudian diajaknya Nabi pergi menemui pamannya, Waraqah bin Naufal, seorang yang beragama Nasrani dan pernah menyalin kitab Injil berbahasa Ibrani. Beliau sudah tua dan tidak dapat melihat lagi. “Wahai Paman, dengarkan kemenakan­mu bercerita,” ujar Khadijah. “Wahai anak sauda­raku, apakah gerangan yang telah menimpa dirimu,” katanya balik bertanya yang ditujukan kepada Nabi Muhammad ﷺ.

Nabi ﷺ pun bercerita. Dan setelah Nabi bercerita, Waraqah berkata, “Itu malaikat yang pennah turun kepada Nabi Musa. Seandainya aku masih hidup dan masih kuat, pastilah aku akan menolong­mu, karena engkau akan diusir oleh kaummu nanti.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kemudian bertanya heran. “Akankah mereka mengusirku?” tanyanya. “Ya,” jawab Waraqah singkat. “Tak seorang pun yang mengalami apa yang kau alami ini, kecuali dimusuhi oleh orang­-orang jahil. Dan kalau saja aku ini masih hidup pada waktu engkau diusir nanti, pastilah aku menolongmu,” katanya meyakinkan.

Dan saat dakwah terang-terangan, justru gangguan datang dari keluarganya sendiri, yaitu pamannya Abu Lahab.

فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلَا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ ۚ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ۚ بَلَاغٌ ۚ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ

Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul telah bersabar (Ulul Azmi) dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.
Qs Al Ahqaf ayat 35.

Rasul Ulul Azmi

1. Nabi Nuh, dakwah 950 tahun dan yang beriman hanya 80 orang, dan umat nya sering mengejek beliau alaihissalam.

2. Nabi Ibrahim, dakwah sendirian, dan ayahnya pembuat patung dan dibakar untuk menakut-nakuti para juru dakwah.
Bukan itu saja, beliau juga diusir, dan lama mempunyai anak dan anak nya Allah uji untuk disembelih.

3. Nabi Musa. Bayi laki-laki saja disembelih.
Nabi Musa juga sabar menghadapi Bani Israil yang banyak ngeyel dan tidak nurut.

4. Nabi Isa, sabar berdakwah saat kaumnya konspirasi akan membunuhnya.

Ada perintah sabar sebanyak 20x khusus kepada Nabi Muhammad ﷺ.

 أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنِبْيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَلُ فَاْلأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلٰى حَسًبِ ( وَفِي رِوَايَةٍ قَدْرِ ) دِيْنُهُ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صَلَبًا اِشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَةٌ اُبْتُلِيُ عَلٰى حَسَبِ دِيْنُهِ فَمَا يَبْرَحُ اْلبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتىٰ يَتْرُكَهُ يَمْشِيْ عَلَى اْلأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةُ .

 

          “Manusia yang paling dashyat cobaannya adalah para anbiya’ kemudian orang-orang serupa lalu orang-orang yang serupa. Seseorang itu diuji menurut ukuran (dalam suatu riwayat ‘kadar’) agamanya. Jika agama kuat, maka cobaannya pun dashyat. Dan jika agamanya lemah, maka ia diuji menurut agamanya. Maka cobaan akan selalu menimpa seseroang sehingga membiarkannya berjalan di muka bumi, tanpa tertimpa kesalahan lagi.
HR Tirmidzi

Sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara :
(1) ketaatan kepada Allah,
(2) hal-hal yang diharamkan,
(3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah).

Besar nya balasan sesuai dengan besar nya bala.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Barangsiapa yang sungguh-sungguh berusaha untuk bersabar maka Allâh akan memudahkan kesabaran baginya. Dan tidaklah sesorang dianugerahkan (oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala ) pemberian yang lebih baik dan lebih luas (keutamaannya) dari pada (sifat) sabar. HR Bukhari.

5. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Paling besar cobaan nya saat berdakwah, terutama saat awal berdakwah, apalagi saat Abu Thalib sudah meninggal.

Begitu juga para sahabat Radhiallahu anhum yang sabar dalam berdakwah.

Ada puluhan sahabat yang dibunuh saat dakwah.

7. Menghiasi diri dengan akhlak yang mulia

Karena Pendakwah adalah contoh. Dilihat banyak orang.

1. Berani sampaikan kebenaran
2. Adil, menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya.
3. Sabar dalam berdakwah
4. Jaga kehormatan diri, tidak minta-minta.
5. Tidak hanya pandai bicara tapi mengamalkan juga.

Allah berfirman,

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? Qs Al Baqarah ayat 44.

Jangan seperti lilin, yang menerangi orang lain tapi membakar dirinya sendiri.

Dan ini menjadi sebab dakwah tidak diterima.

يـاَيـُّهَا الَّذَيـْنَ امَنُوْا لِمَ تَـقُوْلُـوْنَ مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. كَـبُرَ مَقْتـًا عِنْدَ اللهِ اَنْ تَـقُوْلُـوْا مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. الصف:2-3

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. [Ash-Shaff : 2 – 3]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِى النَّارِ ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِى النَّارِ ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ ، فَيَقُولُونَ أَىْ فُلاَنُ ، مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ

“Ada seseorang yang didatangkan pada hari kiamat lantas ia dilemparkan dalam neraka. Usus-ususnya pun terburai di dalam neraka. Lalu dia berputar-putar seperti keledai memutari penggilingannya. Lantas penghuni neraka berkumpul di sekitarnya lalu mereka bertanya, “Wahai fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu dahulu yang memerintahkan kami kepada yang kebaikan dan yang melarang kami dari kemungkaran?” Dia menjawab, “Memang betul, aku dulu memerintahkan kalian kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya. Dan aku dulu melarang kalian dari kemungkaran tapi aku sendiri yang mengerjakannya.” (HR. Bukhari no. 3267 dan Muslim no. 2989)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberi contoh kepada umatnya, misalnya sholat sampai bengkak kaki. Juga sering bersedekah dari harta beliau shallallahu alaihi wasallam.

8. Memulai dakwah dari yang terpenting

Dakwah para nabi dimulai dengan tauhid, diawasi tauhid

Karena dosa syirik tidak akan diampuni.

Sebuah Hadits qudsi dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِى بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِى لاَ تُشْرِكُ بِى شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi kemudian engkau tidak berbuat syirik pada-Ku dengan sesuatu apa pun, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan sepenuh bumi itu pula.” (HR. Tirmidzi)

. Dakwah para nabi adalah tauhid,

لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya”. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat). Qs Al A’raf ayat 59.

Bagaimana pesan Nabi Yakub kepada anak-anak nya yang semua menjadi Nabi.

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”.
Qs Al Baqarah ayat 133.

Saat para sahabat Hijrah ke Habasyah,

Najasyi bertanya kepada mereka , “Agama baru apa yang kalian anut, yang menyebabkan kaum kalian terpecah dua, kalian tidak masuk ke dalam agama saya dan tidak masuk ke dalam salah satu agama yang ada.”

Ja’far berkata, “Wahai paduka Raja, dulu kami adalah masyarakat yang hidup dalam kebodohan, kami menyembah patung dan memakan bangkai, melakukan perzinaan, memutuskan hubungan silaturahim, mengganggu tetangga, yang kuat di antara kami memeras yang lemah. Kondisi ini terjadi atas kami hingga Allah mengutus kepada kami seorang Rasul yang kami kenal dari nasab keturunan, kejujuran, amanah, hingga kesuciannya. Dia mengajak kami untuk menyembah Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan meninggalkan apa yang telah nenek moyang kami lakukan, seperti menyembah berhala dan batu….”

Pendakwah harus perhatikan apa yang harus didakwahi. Terutama dalam hal tauhid. Menjaga umat dari kerusakan tauhid.

Nabi Ibrahim saja takut jatuh kepada kesyirikan,

وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala (shonam).” (QS. Ibrahim: 35).

Tanya jawab

1. Bolehkah share ilmu dari internet?
Boleh namun berusaha untuk mengamalkan karena nanti akan ditanya di akhirat mengapa tidak mengamalkan ilmu yang dimiliki.

2. Dakwah kepada orang tua: harus penuh hikmah, dengan bahasa dan akhlak yang baik..

3. Dakwah dengan sindir amalan orang dengan kata-kata yang buruk, kurang bijak..
Jawaban sebaiknya dihindari, dan takut dakwah ini tertolak.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan” (QS. Al An’am: 108).

4. Apakah belajar perlu guru? Ya benar tidak perlu guru yang terkenal, tapi cukup guru yang dekat dan mudah dihubungi untuk konsultasi, guru harus yang mengajak kepada Al Qur’an dan Sunnah. Bekal utama adalah takwa, amalkan yang diperintahkan dan jauhilah apa yang Allah larang.

Semoga bermanfaat,

##$$-aa-$$##

Navigasi Series<< BIJAK DALAM BERDAKWAH#3 – Kriteria Juru Dakwah Bagian ke-2BIJAK DALAM BERDAKWAH#5 Hak-Hak Orang Yang Kita Dakwahi >>
Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin Umroh Nyaman Sesuai Tuntunan Rasulullah?