ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI #02 – Akhlaq lemah lembut
Diterbitkan pertama kali pada: 28-Jun-2020 @ 16:30
5 menit membacaROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI – *Akhlaq lemah lembut.*
Ustadz Nizar Saad Jabal
7 Muharam 1441H
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima Bekasi
Satu kaidah dalam membangun sebuah keharmonisan masyarakat adalah akhlak lemah lembut,
Allah memuji orang-orang yang lemah lembut..
{أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ}
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati (lembut) mereka mengingat Allah. (Al-Hadid: 16).
Lembah lembut hanya ada pada orang-orang yang suka baca Al Qur’an, orang-orang yang berdzikir, yang beriman.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek” HR Muslim.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
عن ابن مسعود رضي اللَّه عنه قال : قال رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « أَلا أَخْبرُكُمْ بِمَنْ يَحْرُمُ عَلى النَّارِ أَوْ بِمَنْ تَحْرُمُ عَلَيْهِ النَّارُ ؟ تَحْرُمُ على كُلِّ قَرِيبٍ هَيِّنٍ ليِّنٍ سَهْلٍ».رواه الترمذي
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu , katanya: ” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Sukakah engkau semua saya beritahu tentang siapakah orang yang diharapkan masuk neraka atau kepada siapakah neraka itu diharamkan memakannya? Neraka itu diharamkan untuk orang yang dekat pada orang banyak – yakni baik dalam bergaul, lemah-lembut, berhati tenang – tidak gelabah dalam menghadapi sesuatu -serta bersikap mudah – yakni gampang dimintai pertolongan.” [HR Imam Tirmidzi]
Bahkan Allah memerintahkan Nabi Musa juga berdakwah secara lemah lembut kepada Firaun, manusia paling durhaka.
Kepada binatang pun kita diminta lembut.
Demikian pula untuk keluarga, maka kita harus lebih lembut kepada keluarga kita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi no: 3895 dan Ibnu Majah no: 1977 dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Ash Shahihah no: 285].
Syaikh Utsaimin mengatakan, bila ingin melihat sesorang itu baik kepada anda, maka lihatlah akhlaknya kepada keluarganya.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ}
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. (An-Nisa: 19)
Ibnu Katsir dalam tafsir nya, mengatakan:
1. Bertutur sapa dengan baiklah kalian kepada mereka,
2. dan berlakulah (berbuat) dengan baik dalam semua perbuatan dan penampilan kalian terhadap mereka dalam batas yang sesuai dengan kemampuan kalian.
Banyak orang yang sudah shalat, datang kajian namun masih belum bermanfaat ilmunya.
Untuk itu kita harus berdoa dari ilmu yang tidak bermanfaat..
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ
“Ya Allah … aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud no. 1548, An-Nasa’i no. 5536, dan Ibnu Majah no. 3837. Hadits ini shahih.)
Seorang suami yang baik adalah orang yang tidak hanya menuntut kebaikan dari istri namun dia juga harus berlaku baik kepada istrinya.
Allah mengancam orang yang banyak menuntut namun tidak memberikan hak yang sama kepada pihak lain, dalam hal ini suami kepada istri.
وَيْلٌۭ لِّلْمُطَفِّفِينَ
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. Qs Al-Muthaffifin (83) Ayat 1
Ibnu Abbas, berdandan khusus untuk istrinya sebelum dia menuntut istrinya berdandan untuknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ}
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. (Al-Baqarah: 228)
*Akhlaq Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, pada keluarganya*
1. Perhatikan kisah romantisme Rasulullah bersama istrinya Aisyah. Aisyah mengatakan, “Orang-orang Habasyah masuk ke dalam masjid untuk bermain (latihan berpedang), maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku ‘wahai khumaira (panggilan saying untuk Aisyah), apakah engkau ingin meihat mereka?’, aku menjawab, ‘iya’. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu berdiri di pintu, lalu aku mendatanginya dan aku letakkan daguku di atas pundaknya kemudian aku sandarkan wajahku di pipinya. (setelah agak lama) Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, ‘sudah cukup (engkau melihat mereka bermain)’, aku menjawb, ‘wahai Rasulullah, jangan terburu-buru’, lalu beliau (tetap) berdiri untukku agar aku bisa terus melihat mereka. Kemudian ia bertanya lagi, ‘sudah cukup’, aku pun menjawab, ‘wahai Rasulullah, jangan terburu-buru’. Aisyah berkata, ‘Sebenarnya aku tidak ingin terus melihat mereka bermain, akan tetapi aku ingin para wanita tahu bagaimana kedudukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di sisiku dan kedudukanku di sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam”
Lihatlah Sikap tawadhu-nya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdiri menemani Aisyah menyaksikan permainan orang-orang Habasyah, bahkan beliau terus berdiri hingga memenuhi keinginan Aisyah sebagaimana perkataan Aisyah dalam riwayat yang lain, “Hingga akulah yang bosan (melihat permainan mereka).”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak segan-segan memberikan waktunya kepada istrinya untuk memenuhi keinginan istrinya karena beliau adalah orang yang paling lembut kepada istri.
2. Siapkan waktu luang untuk istri..
Aisyah menceritakan,
Aku pernah ikut safar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ketika itu aku masih muda, badannya belum gemuk dan bellum berlemak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh rombongan safar, “Silahkan kalian jalan duluan.”
Merekapun jalan duluan. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku,
تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ
Mari kita lomba lari…
Akupun lomba lari dengan beliau dan aku bisa mengalahkan beliau.
Hingga setelah aku mulai gemuk, berlemak dan sudah lupa dengan perlombaan yang dulu, aku pergi bersama beliau untuk melakukan safar. Beliau meminta kepada rombongan, “Silahkan kalian jalan duluan.”
Merekapun jalan duluan.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku,
تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ
Mari kita lomba lari…
Akupun lomba lari dengan beliau dan beliau bisa mengalahkanku.
Beliau tertawa dan mengatakan, “Ini pembalasan yang kemarin.” (HR. Ahmad 26277 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth)
Banyak orang yang sudah rajin kajian namun belum berakhlaq baik,
Padahal mengamalkan ilmu lebih wajib dari pada menuntut ilmu itu sendiri.
3. Kisah saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersama istri dan ada Ummu Sulaim.
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ فِي الثَّقَلِ وَأَنْجَشَةُ غُلَامُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسُوقُ بِهِنَّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَنْجَشُ رُوَيْدَكَ سَوْقَكَ بِالْقَوَارِيرِ
Telah menceritakan kepada kami [Musa bin Isma’il] telah menceritakan kepada kami [Wuhaib] telah menceritakan kepada kami [Ayyub] dari [Abu Qilabah] dari [Anas] radliallahu ‘anhu dia berkata;
“Ummu Sulaim pernah sakit, sementara Anjasyah yaitu hamba sahaya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengawalnya, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Wahai Anjasy, pelan-pelanlah kamu kalau mengawal sesuatu yang mudah pecah (maksudnya wanita).”
Pelajaran adalah bersikap lemah lembut kepada keluarga (istri).
4. Masih banyak hadits-hadits lain yang menceritakan sikap dan akhlak terbaik Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada keluarganya,misalnya.
-saat Aisyah main boneka dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membiarkan Aisyah main bersama anak-anak yang lain.
– Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sering membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti nambal ember, benerin sandal dll.
عن عروة قال قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ قَالَتْ مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ
Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember” (HR Ibnu Hibban).
Semoga bermanfaat.
$$##-aa-##$$