KeluargaUstadz Nizar Sa'ad Jabal, Lc MPd

ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI #05 – FITNAH KELUARGA

Bagian ke 5 dari 6 dalam series Romantika Suami Istri

Diterbitkan pertama kali pada: 28-Jun-2020 @ 16:40

6 menit membaca

*ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI*
(Syaikh Mustofa Al Adali)
Ustadz Nizar Saad Jabal
10 Rabi’ul Akhir 1441 H

*Fitnah Keluarga*

Kendalanya dari keluarga sendiri.

Jangan sampai kasih sayang orang tua kepada anak menyebabkan tidak menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Misalnya tidak bangunin anak shalat subuh karena kasihan pada anak.

Seringkali pelaksanaan tuntunan Al Qur’an dan Sunnah terhalang oleh rasa sayang kepada suami istri.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٰتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلْبَنِينَ وَٱلْقَنَـٰطِيرِ ٱلْمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلْفِضَّةِ وَٱلْخَيْلِ ٱلْمُسَوَّمَةِ وَٱلْأَنْعَـٰمِ وَٱلْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَـٰعُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُۥ حُسْنُ ٱلْمَـَٔابِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Qs Ali Imran – 14.

Juga Allah sebutkan cinta kepada anak-anak.

ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَـٰقِيَـٰتُ ٱلصَّـٰلِحَـٰتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَابًۭا وَخَيْرٌ أَمَلًۭا

Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. Qs Al Kahfi 46.

Syariat harus ditegakkan dan kecintaan kepada istri dan anak harus ditempatkan pada tempatnya.

Pada jaman sahabat juga terjadi dan turun ayat.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ ۖ تَبْتَغِي مَرْضَاتَ أَزْوَاجِكَ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Qs At Tahrim 1.

Ayat ini teguran kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan panggilan Hai Nabi dengan maksud masih menghormati Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam suka makanan yang manis-manis dan madu. Dan Beliau shallallahu alaihi wasallam suka berlama-lama di tempat bila disuguhi madu.

Sore hari itu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di tempat Zainab, sosok yang pandai memasak dan dibuatkan kue yang manis-manis dan disuguhi madu.

Dan ini memicu kecemburuan Aisyah dan Aisyah menemui Hafsah (dalam riwayat lain ditambah Shafyah). Dan mereka berdua (bertiga) membuat perjanjian. Untuk mengatakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam makan maghafir (makanan yang bau) bila ketemu mereka setelah dari rumah Zainab padahal Beliau hanya minum madu. (Padahal Rasulullah ﷺ tidak ingin ketika menemui istrinya mulutnya bau)

Dan itu menyebabkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berprasangka minum madu (dari Zainab) menyebabkan mulut bau, sehingga membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan kepada mereka untuk mulai tidak minum madu. (haramkan madu dan turun ayat ini).

Kisah lain adalah berkenaan dengan ibu Ibrahim (yaitu Mariyah Al-Oibtiyyah). Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melakukan itu dengan Mariyah di rumah Hafsah di hari gilirannya, maka Hafsah mengetahuinya, lalu berkata,

“Hai Nabi Allah, sesungguhnya engkau telah melakukan terhadapku suatu perbuatan yang belum pernah engkau lakukan terhadap seorang pun dari istri-istrimu.

Engkau melakukannya di hari giliranku dan di atas peraduanku.” Maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjawab: Puaskah engkau bila aku mengharamkannya atas diriku dan aku tidak akan mendekatinya lagi?

Hafsah menjawab, “Baiklah.” Maka Nabi pun mengharamkan dirinya untuk menggauli Mariyah, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Tetapi jangan kamu ceritakan hal ini kepada siapa pun.”

Hafsah tidak tahan, akhirnya ia menceritakan kisah itu kepada Aisyah. Maka Allah menampakkan (memberitahukan) hal itu kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya: Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? (At-Tahrim, 1)

Allah Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. [At-Taghabun/64:14]

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan.

فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ

“Waspadalah dengan dunia, begitu pula dengan godaan wanita. Karena cobaan yang menimpa Bani Israil pertama kalinya adalah karena sebab godaan wanita.” (HR. Muslim no. 2742).

Yang banyak terjadi adalah banyak terjadi hubungan yang tidak harmonis antara istri dan mertua.
Demi sayang kepada suami sang istri berusaha untuk jauhkan diri keluarga.

Contoh kasus lain, suami sibuk berkarir dan di akhir minggu istri meminta jatah waktu dan melarang suami untuk luangkan waktu kepada keluarga nya (ibu bapak) di akhir minggu.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ﴿٢٢﴾ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ

Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?

Mereka itulah orang-orang yang dila’nati Allâh dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. [Muhammad/47: 22-23]

Keadaan seperti ini harus ditempatkan pada tempatnya dan tidak melanggar syariat.

Suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi diantarin makanan oleh istri yang lain dan istri yang jadi tuan rumah cemburu. Dan menyebabkan piring makanan itu pecah.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ عِنْدَ بَعْضِ نِسَائِهِ ، فَأَرْسَلَتْ إِحْدَى أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِينَ مَعَ خَادِمٍ بِقَصْعَةٍ فِيهَا طَعَامٌ فَضَرَبَتْ بِيَدِهَا ، فَكَسَرَتِ الْقَصْعَةَ ، فَضَمَّهَا ، وَجَعَلَ فِيهَا الطَّعَامَ وَقَالَ « كُلُوا » . وَحَبَسَ الرَّسُولَ وَالْقَصْعَةَ حَتَّى فَرَغُوا ، فَدَفَعَ الْقَصْعَةَ الصَّحِيحَةَ وَحَبَسَ الْمَكْسُورَةَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu pernah berada di sebagian istrinya (yaitu ‘Aisyah).

Salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Ummahatul Mukminin yaitu Zainab binti Jahsy) mengutus pembantunya untuk mengantarkan piring berisi makanan.

Lantas ketika itu ‘Aisyah memukul piring tersebut. Piring tersebut akhirnya pecah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengumpulkan bagian yang pecah tersebut.

Kemudian beliau meletakkan makanan di atasnya, lalu beliau perintahkan, “Ayo makanlah kalian.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menahan piring tersebut hingga selesai. Piring yang bagus diserahkan beliau, lantas piring yang pecah ditahan.” (HR. Bukhari no. 2481).

Faidah kisah tersebut adalah..

1- Siapa yang merusak barang seseorang hendaklah ia memberikan ganti rugi. Jika ada barang yang semisal, maka diganti yang semisal. Jika tidak ada, maka diganti dengan yang senilai.

2- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap berakhlak mulia walau istri beliau cemburu seperti itu. Beliau bahkan tidak memberikan sanksi pada ‘Aisyah yang cemburu sampai memecahkan piring. Beliau hanya memberikan uzur. Dalam riwayat lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

غَارَتْ أُمُّكُمْ

“Ibu kalian (yaitu ‘Aisyah) sedang cemburu.” (HR. Bukhari no. 5225)

Jadi jangan sampai suami/istri bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya hanya karena sayang kepada pasangan nya (prinsip yang penting suami atau istri senang)

Jangan sampai kita bermaksiat kepada Allah karena gak enak sama orang.

Banyak terjadi di kantor, meeting yang menyebabkan tinggalkan shalat karena gak enak dengan atasan.

*Tanya jawab..*

A. *Talak dengan lafazh (ucapan)*

Talak dengan ucapan ada dua macam:

(1) talak dengan lafazh shorih (tegas) dan
(2) talak dengan lafazh kinayah (kiasan),harus ditanya kepada suami maksud perkataan nya.

B. *Kiat atasi marah:*

1. Ingat bahwa Marah itu dari syetan..

2. Bila sedang marah maka berlindung lah kepada Allah dari syetan:

أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ، مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ، وَنَفْخِهِ، وَنَفْثِهِ

A’uudzu billaahis-samii’il ‘aliim, minasy-syaithoonir-rojiim, min hamzihi, wa naf-khihi, wa naf-tsih.

Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dari setan yang terkutuk, dari kegilaannya, kesombongannya, dan nyanyiannya yang tercela.
HR. Abu Daud no. 775 dan Tirmidzi no. 242.

3. Berpindah posisi (berdiri jadi duduk dst) atau ruangan.

4. Ambil wudlu dan shalat 2 rakaat.

C. *Bila istri selalu menuntut kepada suami tentang rejeki yang merasa kurang*

1. Ini berkaitan dengan iman, harus dijelaskan bahwa ini rezeki dari Allah
2. Dinasihati untuk melihat kepada yang lebih rendah
3. Mendoakan istri..

Doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah..

اَللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ الهُدَى، وَالتُّقَى، وَالعَفَافَ، وَالغِنَى

Allaahumma innii as-alukal hudaa, wat-tuqoo, wal ‘afaaf, wal ghinaa.

Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina.
HR. Muslim no. 2721.

D. *Nitip anak kepada orang tua.*

Walaupun alasan kerja, ini termasuk berlepas diri dari tanggung jawab.

Suami bertanggung jawab cari nafkah.
Istri bertanggung jawab urusan rumah, termasuk jaga anak.

Juga ini sikap tidak hormati orang tua.

Bila anak jatuh atau memar, maka bisa jadi salahkan orang tua yang tidak bisa jaga anak.
Ini termasuk salah satu tafsir dari hadits Tanda-tanda kiamat..

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

سَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ الْمَرْأَةُ رَبَّتَهَا.

“Aku akan memberitahukan kepadamu tanda-tandanya; jika seorang (sahaya) wanita melahirkan tuannya.”
HR Bukhari dan Muslim.

Sementara dalam riwayat Muslim:

إِذَا وَلَدَتِ اْلأَمَةُ رَبَّهَا.

“Jika seorang sahaya wanita melahirkan tuannya.”

Semoga bermanfaat.

##$$-aa-$$##

Navigasi Series<< ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI #04 – MENJAGA AMARAHROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI #06 – AKHLAQ MULIA >>
Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin Umroh Nyaman Sesuai Tuntunan Rasulullah?