KeluargaUstadz Nizar Sa'ad Jabal, Lc MPd

ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI #06 – AKHLAQ MULIA

Bagian ke 6 dari 6 dalam series Romantika Suami Istri

Diterbitkan pertama kali pada: 28-Jun-2020 @ 16:46

8 menit membaca

ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI
Ustadz Nizar Saad Jabal
12 Rajab 1441 H
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima

Iman Adalah Nikmat terbesar yg diberikan Allah ﷻ kepada kita, untuk itu kita selalu berdo’a…

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”.

“اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا ”

“Ya Allah…
Aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang thayyib, dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah no. 925)

Masyarakat banyak terjebak masalah dunia, sehingga lebih takut kepada Corona daripada takut kepada dosa, maksiat dan bid’ah..

” وَّتُحِبُّوْنَ الْمَا لَ حُبًّا جَمًّا ۗ ”

“dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr 89: Ayat 20)

Dan akhlaq Rasulullah ﷺ adalah akhlaq yang mulia…

Alloh ﷻ berfirman dalam surat Al Qolam Ayat 4
” وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ”

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjanjikan akhlak mulia dengan surga yang paling tinggi..

Nabi ﷺ bersabda… :

« أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ »

“Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi siapa yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berada di atas kebenaran, dan sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun hanya bercanda, dan sebuah rumah di tempat tertinggi di surga bagi siapa yang membaguskan akhlaqnya.
(HR Abu Dawud No. 4802)

Banyak orang² yg masuk islam dikarenakan akhlak Rasulullah ﷺ yang mulia…
Diantaranya Raja Najasi

Masyarakat tidak menilai seseorang dari ilmunya, dari shalatnya, dari tapi yang lebih menonjol adalah akhlaknya.

Akhlak itu cerminan dari tauhid dan iman…
Buah dari iman seseorang bagaikan Tauhid dan iman yang tdk bisa dipisahkan dan didalamnya ada akhlaq yang mulia….

Banyak yang sudah ngaji namun kadang masih kasar terhadap keluarga (istri).

Ilmu yang kita pelajari seharusnya kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam sebuah hadits,

     عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ … رواه الترمذي وغيره

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”

Iman, tauhid akan melahirkan Akhlaq yang baik. Dan ini akan tercermin pada akhlak kepada keluarga terdekat (istri, anak, orang tua)
Belum punya Istri maka baik kepada ibu ( orangtua)

Dari Abu Hurairah رضي الله عنه, beliau berkata…. :

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِى قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « أُمُّكَ » . قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ « ثُمَّ أَبُوكَ »

“Seorang pria pernah mendatangi Rosululloh ﷺ lalu berkata, ‘Siapa dari kerabatku yang paling berhak aku berbuat baik?’ Beliau ﷺ mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau ﷺ mengatakan, ‘Ibumu.’ Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau ﷺ mengatakan, ‘Ibumu’. Dia berkata lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau ﷺ mengatakan, ‘Ayahmu’.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda.

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi istrinya, dan aku adalah yang terbaik diantara kalian terhadap istriku”

Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi, menulis bab untuk berlemah lembut kepada..

1. Anak yatim
2. Anak perempuan
3. Orang-orang lemah

Orang perempuan disamakan sebagai orang-orang yang lemah, supaya kita memuliakan dan berbuat baik kepada mereka.

Untuk mendapat akhlak mulia.. Urutan nya adalah

1. Tawadhu,
Allah berfirman

وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Qs Asy-Syu’ara (26) Ayat 215

Tawadhu, tidak merasa lebih tinggi dari orang lain.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas  pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada Umar untuk tawadhu kepada Uwais Al Qarny.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”

Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”

Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namamu?”

“Uwais,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’

Dia menjawab, “Dari Qarn.”

“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.

Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”

Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”

“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’

Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”

“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.

“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”

Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”

Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”

Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”

Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”

Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.
—–

Umar juga sering dimaki2 para janda karena pelayanan yang dirasakan orang-orang lemah kurang….

عن عروة قال قُلْتُ لِعَائِشَةَ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ أي شَيْءٌ كَانَ يَصْنَعُ رَسُوْلُ اللهِ  صلى الله عليه وسلم  إِذَا كَانَ عِنْدَكِ قَالَتْ مَا يَفْعَلُ أَحَدُكُمْ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيُخِيْطُ ثَوْبَهُ وَيَرْفَعُ دَلْوَهُ

Urwah berkata kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu (di rumahmu)?”, Aisyah berkata, “Ia melakukan (seperti) apa yang dilakukan oleh salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sendalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember” (HR Ibnu Hibban).

2. Tawadhu akan melahirkan kelembutan.

Kelembutan bukan karena ingin mendapatkan balasan..

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya, lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.” Adapun bila Tuhannya mengujinya, lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku menghinakanku.”  Qs Al Fajr 15-16.

Anas bin Malik cerita Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa ceria dan keringatnya bagai kilau mutiara. Apabila beliau berjalan, maka langkahnya terayun tegap. Sutera yang pernah saya sentuh tidak ada yang lebih halus dari pada telapak tangan beliau. Minyak misik dan minyak ambar yang pernah saya cium, tidak ada yang melebihi semerbak wanginya badan beliau.

Dan Anas selama ikut di rumah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak pernah mendengar ucapan kasar (bahkan ucapkan kata UFF – ah – ) dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah ﷺ bersabda….:

” يَاعَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ ”

“Wahai Aisyah, sungguh Alloh itu Mahalembut dan menghargai kelembutan di dalam semua urusan”

Jadi bila suami lembut maka keluarga itu akan dicintai Alloh…

Anas hidup di samping Nabi dan berada di bawah bimbingan beliau sampai Nabi berpulang ke ar-Rafiq al-A’la yaitu selama kurang lebih 10 tahun.
Selama itu Anas memperoleh bimbingan dari Nabi yang dengannya dia menyucikan jiwanya, mamahami hadits beliau yang memenuhi dadanya, mengenal akhlak beliau yang agung, rahasia-rahasia dan sifat-sifat terpuji beliau yang tidak dikenal oleh orang lain.
Anas bin Malik mendapatkan perlakuan yang mulia dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak pernah diperoleh oleh seorang anak dari bapaknya. Mengenyam keluhuran perangai Rosululloh ﷺ dan keangungan sifat-sifatnya yang membuat dunia patut untuk iri kepadanya.
Biarkanlah Anas sendiri yang menyampaikan sebagian lembaran cemerlang dari perlakuan mulia yang dia dapatkan di bawah naungan seorang nabi yang pemurah dan berhati mulia, karena Anas lebih tahu tentangnya dan lebih berhak untuk menceritakannya.
Anas bin Malik berkata, Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling lapang dadanya dan paling besar kasih sayangnya. Suatu hari beliau mengutusku untuk suatu keperluan, aku berangkat, tetapi aku menuju anak-anak yang sedang bermain di pasar dan bukan melaksanakan tugas Rasul, aku ingin bermain bersama mereka, aku tidak pergi menunaikan perintah yang diperintahkan oleh Rasulullah ﷺ. Beberapa saat setelah berada di tengah-tengah anak-anak itu, aku merasa seseorang berdiri di belakangku dan memegang bajuku. Aku menoleh, ternyata dia adalah Rasulullah ﷺ dengan tersenyum, beliau bersabda, “Wahai Unais, apakah kamu telah pergi seperti yang aku perintahkan?” Maka aku pun salah tingkah aku menjawab, “Ya, sekarang aku berangkat wahai Rasulullah ﷺ.”

3. melahirkan akhlak Al Hlm-mampu kendalikan marah

وَالْكاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعافِينَ

dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. (Ali Imran: 134)

4. memaafkan kesalahan orang

Allah berfirman

{خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ (199) }

Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang-orang mengerjakan yang makruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh

5. Selalu ramah, ceria kepada semua orang

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Jabir bin Sulaim,

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ

“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Ibnul Mubarak rahimahullah berkata,

طَلاَقَةُ الوَجه ، وَبَذْلُ المَعروف ، وَكَفُّ الأذَى

“Wajah berseri, berbuat kebaikan (secara umum) dan menghilangkan gangguan”

6. sabar dalam menghadapi sesuatu yang buruk

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.
Qs Al Ashr 1-3.

Sabar di akhir ayat, menunjukkan sabar yang bisa menjaga keimanan..

Semoga Bermanfaat…. ditutup dengan doa kafaratul Majelis..

##$$-aa-$$##

Navigasi Series<< ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI #05 – FITNAH KELUARGA
Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *