ROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI #01
Diterbitkan pertama kali pada: 28-Jun-2020 @ 16:28
4 menit membacaROMANTIKA PERGAULAN SUAMI ISTRI
Ustadz Nizar Saad Jabal
5 Shafar 1441 H
Ustadz memulai dengan menceritakan bahwa pasangan kakek nenek sepuh tinggal berdua di rumah besar dan jarang ngobrol suami istri.
Dan saat ini, banyak pasangan suami istri yang muda namun menyepuhkan diri (tidak ngobrol), padahal wanita itu senang cerita, sibuk dengan gagdet masing-masing….
Ustadz menceritakan hadits Hanzhalah dan Abu Bakr berikut ini,
عَنْ حَنْظَلَةَ الأُسَيِّدِىِّ قَالَ – وَكَانَ مِنْ كُتَّابِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ – لَقِيَنِى أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ كَيْفَ أَنْتَ يَا حَنْظَلَةُ قَالَ قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ مَا تَقُولُ قَالَ قُلْتُ نَكُونُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ فَنَسِينَا كَثِيرًا قَالَ أَبُو بَكْرٍ فَوَاللَّهِ إِنَّا لَنَلْقَى مِثْلَ هَذَا. فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ حَتَّى دَخَلْنَا عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قُلْتُ نَافَقَ حَنْظَلَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَمَا ذَاكَ ». قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَكُونُ عِنْدَكَ تُذَكِّرُنَا بِالنَّارِ وَالْجَنَّةِ حَتَّى كَأَنَّا رَأْىَ عَيْنٍ فَإِذَا خَرَجْنَا مِنْ عِنْدِكَ عَافَسْنَا الأَزْوَاجَ وَالأَوْلاَدَ وَالضَّيْعَاتِ نَسِينَا كَثِيرًا. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
Dari Hanzholah Al Usayyidiy -beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ia berkata, “Abu Bakr pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?”
Aku menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.” Abu Bakr berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?”
Aku menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami teringat neraka dan surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami.
Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakr pun menjawab, “Kami pun begitu.”
Kemudian aku dan Abu Bakr pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata,
“Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami.
Namun jika kami meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya.
Seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan.
Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim no. 2750).
Faidah hadits ini adalah walaupun sibuk, ada kewajiban untuk meluangkan waktu buat keluarga.
Saat ini banyak fenomena, walaupun sudah ngaji baik suami dan (atau) istri tetapi tidak mengamalkan ilmu yang di dapat dalam pengajian. Di rumah hilang ilmu yang dipelajari di majelis2 taklim.
Belajar dari hadits di atas, kita harus tetap menjaga keimanan dan tetap meluangkan waktu untuk istri, untuk anak..
Dalam sebuah hadits Ibnu Umar menceritakan saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masih hidup, para shahabat jarang ngobrol dengan istri-istri mereka karena takut wahyu turun, namun setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat (wahyu tidak turun lagi) para sahabat banyak ngobrol dengan istri dan anak mereka..
Walaupun suami sangat sayang istri, namun jangan lupa untuk amar ma’ruf nahi munkar dengan istri dan anak..
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا}
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (Thaha: 132)
Syaikh Abdurrazzaq mengatakan bahwa buah kurma yang paling manis bila pohonnya bengkok.
Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas dan itulah wanita.
Faidah nya, biarkan bengkok nya wanita dalam hal duniawi, namun wajib diingatkan bila menyalahi perintah syariat.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{وَكَانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَالزَّكَاةِ وَكَانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا}
Dan ia menyuruh ahlinya untuk salat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridai di sisi Tuhannya. (Maryam: 55)
Wanita pada hakikatnya pencemburu, seperti pada kisah Sarah (istri Nabi Ibrahim) yang menyuruh Nabi Ibrahim menikahi Hajar namun pada akhirnya cemburu. Juga cemburu nya Aisyah, Zainab binti Jahsy.
Aisyah menceritakan shalat malam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan baru membangunkan Aisyah saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam akan shalat witir, maknanya bisa ajak istri shalat witir atau segera persiapan untuk shalat subuh.
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhuma, ia menceritakan, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun pada suatu malam lalu beliau berkata:
سُبْحَانَ اللهِ مَاذَا أُنْزِلَ اللَّيْلَةَ مِنَ الْفِتْنَةِ، مَاذَا أُنْزِلَ مِنَ الْخَـزَائِنِ، مَنْ يُوْقِظُ صَوَاحِبَ الْحُجُرَاتِ، يَا رُبَّ كَاسِيَةٍ فِي الدُّنْيَا عَارِيَةٍ فِي اْلآخِرَةِ.
“Subhanallah, ujian apa yang Allah turunkan malam ini dan simpanan apa yang Dia turunkan bagi orang yang membangunkan wanita-wanita yang tengah tidur di kamarnya. Wahai kaum, banyak wanita-wanita yang berpakaian di dunia tetapi telanjang di akhirat.”
HR Bukhari.
Faidahnya, kadang-kadang bangunkan juga istri untuk shalat malam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُـلاً، قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ اِمْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ اِمْرَأَةً، قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِيْ وَجْهِهِ الْمَاءَ.
“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.”
(HR. An Nasa’i. Hadits senada juga diriwayatkan Abu Dawud dan Tirmidzi)
*Kesimpulan:*
Suami harus lembut kepada istri dan dalam waktu yang sama juga harus ingatkan istri bila salah dan mendorong istri untuk selalu meningkatkan ibadah kepada Allah, juga kepada anaknya.
Abu Fadhillah.
##$$-aa-$$##