Bagian ke 32 dari 35 dalam series Kaidahfiqh
4 menit membaca

🗒️ *SYARAH KITAB KAIDAH FIQH- 32* (Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’di)
🎤 Ustadz Dr Musyaffa Ad Dariny, Lc MA
Ahad, 16 Rabi’ul Akhir 1446H / 20 Oktober 2024 (Ba’da Subuh)
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima

➡️ *KAIDAH 41: apabila ada dua ibadah yang satu jenis maka bisa digabungkan dan cukup dilakukan dengan satu amalan ketika maksudnya sama/satu.*

Ini kaidah penting dan bisa menjadikan amalan kita semakin banyak pahalanya.

♦️ Kaidah ini menyebutkan dua syarat untuk bisa gabungkan dua amalan menjadi satu.

1. Dua ibadah harus satu jenis.
Sholat dengan sholat
Puasa dengan puasa
Baca dzikr dengan baca dzikir

2. Maksud nya sama.
Sebagian ulama dengan redaksi lain yaitu dengan tidak dimaksudkan untuk dilakukan secara terpisah.

❗Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menambahkan syarat ketiga, yaitu salah satu dari dua ibadah tersebut tidak berstatus sebagai ibadah lainnya.

✅ Contoh.

1. Seseorang masuk masjid dan ingin sholat qabliyah tau subuh. Ada ibadah sejenis yaitu sholat tahiyatul masjid.
Penggabungan ini tentu dengan niat (Penggabungan).

❓Bagaimana kalau niat satu saja?
A. Kalau hanya niat tahiyatul Masjid, maka sholat tersebut tidak cukup sehingga tetap harus sholat qabliyah subuh.
B. Kalau niatnya sholat qabliyah subuh, maka cukup untuk sholat tahiyatul masjid.

2. Ada orang junub di hari jumat. Ada dua amalan sejenis. Ada dua amalan.
Wajib – mandi junub untuk sholat jumat
Sunnah – mandi di hari jumat untuk sholat jumat

Dua ibadah ini menurut sejumlah ulama boleh digabung kan.

Syarat pertama – ibadah sejenis.
Maksud sama – mandi di waktu itu.
Syarat 3 – salah satu mandi itu tidak berstatus sebagai pengikut yang lain.

Penggabungan harus dengan niat.
Ketika niat nya dua maka dapat dua pahala.

❓Bagaimana kalau stau
A. Niat Mandi sunnah untuk sholat jumat.
Setelah mandi baru ingat kalau dia junub – maka dia wajib mandi lagi.
Amalan yang sunnah tidak cukup gugurkan kewajiban.

B. Kalau niatnya mandi junub saja, maka pahalanya hanya pahala mandi junub.

3. Kalau ada orang punya hutang puasa ramadhan, kemudian dia qadha hari Senin.
Dua amalan ini memenuhi syarat untuk digabungkan.
Maksud sama – puasa di hari itu.
Salah satu puasa bukan pengikut.

Jadi puasa tersebut bisa digabung, dengan dua niat maka bisa dapat dua pahala.

Begitu pula puasa qadha dengan puasa Arafah, puasa Asyura.

4. Tawaf. Seorang berhaji ada kewajiban tawaf ifadah. Dia ingin tawaf ifadah di akhir dia di Mekkah.
Ada dua amalan. Tawaf ifadah (rukun haji) dan tawaf wada’ (wajib dalam haji)

Kedua nya memenuhi syarat
Tawaf
Maksud sama – yang penting Tawaf di waktu itu

Dua tawaf itu bisa digabung.
Kalau dengan dua niat maka gugurkan dua kewajiban.

Kalau hanya satu niat, maka harus melakukan tawaf lagi.

5. Dzikir. Kalau ada seseorang ingin gabungkan sebagian dzikir pagi dan sore dengan sebagian dzikir setelah sholat.
Contoh Ayat Kursi, Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas.

Dua amalan itu bisa digabungkan tentu dengan diniatkan dan dapat dua pahala.

❌ Contoh yang tidak bisa digabung.

1. Sholat qabliyah subuh dengan sholat subuh.
Jenis dan maksud sama.
Namun tidak memenuhi syarat ke tiga.

2. Sholat Dhuhur dan sholat Ashar yang dijamak.
Jenis sama
Maksud beda

3. Qadha puasa ramadhan dengan puasa enam hari Syawal. Karena syariat menginginkan kedua dilakukan secara terpisah. Karena puasa 6 hari Syawal itu sebagai pengikut puasa Ramadhan.

‼️ Dalam penerapan kaidah ini sering ada perbedaan pendapat.

Contoh.
1. Sholat istikharah dengan sholat qabliyah subuh.

Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’di – berpendapat boleh.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menyatakan tidak boleh.
Karena ada hadits – sholat sendiri dua rakaat (untuk istikharah).

2. Antara Aqiqah dan Qurban.
Sebagian ulama Hambali membolehkan.
Jumhur ulama menyatakan tidak boleh karena maksud nya berbeda.

✅ *Untuk keadaan seperti ini, demi hati-hati dipisah.*

➡️ *KAIDAH 42: pada akad muawadah (komersial – ada keinginan keuntungan), mengecualikan manfaat yang jelas pada obyek akad dibolehkan, sedangkan pada akad tabaeruk/sosial (tidak ada maksud cari keuntungan) dibolehkan mengecualikan waktu baik waktunya jelas ataupun tidak jelas.*

🔹Contoh akad komersial.
1. Seseorang jual rumah – akad komersial.
Boleh jual rumah dengan syarat bahwa rumah akan tempati dengan waktu yang jelas (misal 1 bulan, 6 bulan). Manfaat – menghuni rumah.

2. Jual unta di Makkah . Syarat – penjual masih akan dinaikkan sampai Madinah.

3. Jual mobil di Surabaya. Syarat – penjual masih akan pakai ke Jakarta.

🔸Contoh akad sosial. Lebih longgar.

1. Saya ingin hadiah antum dengan sesuatu yang ada di kantung saya.

Begitu juga dalam hal pengecualian waktu.
2. Ada orang yang ingin dapat pahala dari hartanya. Dia katakan – saya ingin wakafkan rumah ini kepada kaum muslimin dengan syarat saya menempati rumah ini selama saya masih hidup. (waktu nya gak jelas).

3. Ada orang yang memerdekakan budaknya. Tapi dia ingin selama budaknya hidup wajib melayani tuannya.

Akad sosial sangat longgar – boleh ada ghoror waktu dan obyek akad.

Kalau dua ibadah boleh digabung maka lebih dari dua boleh.!!!

Semoga bermanfaat.

#kaidahfikih #kaidahfiqih #fikih #fiqih #salaf #sunnah #maslahat #mudhorot #akad #komersial #sosial

##$$-aa-$$##

Navigasi Series<< SYARAH KITAB KAIDAH FIQH- 31SYARAH KITAB KAIDAH FIQH- 33 >>
Bagikan Catatan:

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin Umroh Nyaman Sesuai Tuntunan Rasulullah?