TematikUstadz Muhammad Anwar, Lc MPd

HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu (bagian-17)

Bagian ke 17 dari 21 dalam series Hilyah_thalibil_ilmi

Diterbitkan pertama kali pada: 17-Apr-2022 @ 07:06

3 menit membaca

*HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu* (bagian-17)
Karya Syaikh Bakar Abu Zaid
Ustadz Muhammad Anwar, Lc MPd
15 Ramadhan 1443H
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima

Kita lanjutkan..

➡️ *39 Bertanya dengan adab*

Yaitu harus mengkaji ilmu dengan cara yang baik, kemudian mendengarkan dengan baik, memahami dengan baik dan benar serta menjawab.

Bila telah mendapat jawaban dari guru/ustadz jangan sampai mengatakan “akan tetapi Ustadz fulan jawabannya begini dan begitu” ⛔

Ini adalah kelemahan adab penuntut ilmu dan satu bentuk adu domba dengan ustadz atau ulama lain..

Bila ingin mengajukan pertanyaan, bertanya dengan…. Bagaimana dengan fatwa atau pendapat yang mengatakan begini dan begitu….tanpa menyebut nama siapa pun.

Jika ingin bertanya, perhatikan juga keadaan Ustadz. Misalnya kirim pesan ke ustadz, tapi tidak segera dijawab… Ustadz juga banyak kerjaan, perlu istirahat dst.

🖍️Berhusnudzon lah kepada Ustadz…❗

✔️ Ibnul Qayyim : Jika engkau duduk dalam majelis ilmu, bertanyalah dalam rangka pemahaman, bukan bertanya sebagai bentuk penentangan.. (ngeyel).

Ini seperti orang-orang Yahudi yang ngeyel terhadap perintah Nabi Musa Alaihissalam.. (Kisah Sapi betina).

Ibnul Qayyim : Ilmu itu memiliki enam tingkatan :

1. Bertanya dengan baik
2. Mendengar dengan baik (konsentrasi)
3. Memahami dengan baik dan benar
4. Menghafal jawaban minimal maknanya
5. Mengajarkan kepada yang lain.
6. Ini merupakan buahnya, yaitu mengamalkannya.

➡️ *40. Diskusi, bukan debat kusir*

Munadharah – diskusi dengan niat untuk menasihati

Kesalahan kita dalam ingkari kesesatan adalah langsung menghukumi.
Harusnya Munadharah dulu..

Bila apa yang setelah kita jelaskan selalu dijawab untuk membela kesalahanmya, maka kita stop saja.. Itu sudah debat kusir.

*Debat kusir adalah musibah..*

Adapun diskusi untuk mencari kebenaran adalah nikmat.. Diskusi itu tujuannya untuk menampakkan mana yang benar dan yang batil, pendapat yang lemah dan pendapat yang kuat.

Debat kusir dibangun diatas bantah-bantahan, akan muncul riya (jangan sampai kalah misalnya), kekacauan, dan tujuan nya untuk menang-menangan.. Lawan bicara akan main kata-kata..
Dan hasil debat kusir itu permusuhan, pamer kepandaian.

Rasulullah ﷺ  bersabda:

مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebatilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga.”
Shahih

➡️ *41. Mudzakarah ILMI*

Mengingat-ingat ilmu yang kita miliki. Bisa jadi bertanya pada diri sendiri atau kepada orang lain.
Dengan diskusi Mudzakarah ini, ilmu akan lebih mudah dikuatkan..

Mudzakarah ini mengasah otak dan menguatkan ingatan.

Muthalaah (membaca buku)… Akan lebih bagus bila diteruskan dengan Mudzakarah.

Hati-hati, Mudzakarah ini bisa membuka aib teman kita (misalnya teman kita ternyata gak nyimak saat belajar dst).

Untuk itu cari teman yang selevel…

➡️ *42. Berinteraksi dengan Al Qur’an, As Sunnah dan penjelasan para ulama*

Al Qur’an dan Sunnah itu perlu penjelasan.
Sahabat para nabi lah yang paling paham Al Qur’an dan Sunnah.
Mereka adalah generasi emas umat ini.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ إِنِّي أُتِيْتُ الْكِتَابَ وَ مِثْلَهُ مَعَهُ

Ketahuilah sesungguhnya aku diberi Al-Kitab dan yang semisalnya bersamanya.

Ayat Al Qur’an ditafsirkan dengan
Ayat yang lain
Hadits Rasulullah
Perkataan para sahabat
Perkataan para Tabiin
Dan yang paling akhir dari bahasa Arab.

Ada sebagian orang yang meninggalkan hadits dan hanya berpegang pada Al Qur’an saja.

Ada yang hanya menerima hadits-hadits tertentu.

Hal ini telah diisyaratkan oleh baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam..

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يوشك أن يقعد الرجل متكئا على أريكته يحدث بحديث من حديثي فيقول : بيننا وبينكم كتاب الله ، فما وجدنا فيه من حلال استحللناه ، وما وجدنا فيه من حرام حرمناه ، ألا وإن ما حرم رسول الله مثل ما حرم الله. (رواه أحمد وأبو داود والحاكم بسند صحيح عن المقدام)

Rasulullah shallahu alahi wasallam bersabda: “Kelak akan ada seorang laki-laki yang bersandar diranjang mewahnya dia berbicara menyampaikan haditsku, lalu berkata: diantara kita sudah ada Kitab Allah (Al Qur’an), maka apa yang kita dapatkan di dalamnya sesuatu yang halal, kita halalkan dan apa yang kita dapatkan di dalamya sesuatu yang haram kita haramkan. Padahal sesungguhnya apa yang Rasulullah haramkan adalah apa yang diharamkan pula oleh Allah.” (HR. Ahmad, Abu Daud, Al Hakim dengan sanad yang shahih dari Al Miqdam).

Semoga bermanfaat..

##$$-aa-$$##

Navigasi Series<< HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu (bagian-16)HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu (bagian-18) >>
Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *