KITAB TAUHID#BAB 34- SABAR TERHADAP TAKDIR ALLAH ADALAH BAGIAN DARI IMAN
Diterbitkan pertama kali pada: 11-Jul-2020 @ 17:14
3 menit membacaSYARAH KITAB TAUHID BAB 35
*SABAR TERHADAP TAKDIR ALLAH ADALAH
BAGIAN DARI IMAN KEPADANYA*
Ustadz Dr Firanda Andirja
16 Muharam 1441H
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima
Sabar adalah ibadah yang agung, ada 90x kata sabar dalam Al-Qur’an.
Salah satu ayat..
{وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ}
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah: 155)
Umar bin Khaththab mengatakan bahwa beliau menjumpai keindahan hidup dalam kesabaran.
Sabar makna umum adalah menahan. Sabar ada 3 macam:
1. Sabar dalam menjalankan ketaatan
2. Sabar menahan diri untuk tinggalkan maksiat
3. Sabar menahan diri dalam menghadapi musibah2 yang merupakan takdir Allah.
(ini yang dijadikan bab dalam bahasan ini).
Sabar no 1 dan no 2 disebut sabar pilihan dan lebih utama dari pada sabar ke 3 (tidak ada pilihan).
Sabar nya Nabi Yusuf saat digoda wanita lebih utama dari pada saat dijebloskan kedalam sumur.
Ada khilaf, pendapat pertama. Sabar dalam hindari kemaksiatan lebih afdhal dari pada sabar diatas ketaatan.
Kekuatan dorongan hawa nafsu (untuk maksiat) lebih berat daripada rasa malas dalam Ketaatan.
Pendapat ke 2, sabar dalam Ketaatan lebih afdhal dari pada sabar tinggalkan kemaksiatan. Karena ketaatan lebih mulia dari pada tinggalkan kemaksiatan.
Nabi Ayub sabar diuji sakit selama 7 tahun, dan Allah puji Nabi Ayub atas kesabarannya.
Sabar dalam ibadah atau Ketaatan, ada 2 yang harus diperhatikan..
1. Sabar dalam ibadah harus ikhlas.
2. Sabar kecuali atas izin Allah Subhanahu wa Ta’ala
Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
وما أصاب من مصيبة إلا بإذن الله، ومن يؤمن بالله يهد قلبه والله بكل شيء عليم
“Tiada suatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At Taghobun, 11)
وما أصاب من مصيبة إلا بإذن الله، ومن يؤمن بالله يهد قلبه
Tiada suatu musibah yang menimpa seseorang kecuali dengan izin (kehendak) Allah, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi hidayah kepada hatinya.
Izin ada 2 (sama dengan iradah).
Izin kauny = bisa dicintai Allah, bisa tidak.
Contoh, Allah ciptakan iblis atas izin Allah, (tentu ada hikmah).
Dibalik kerusakan iblis ada maslahat, karena orang yang menjauhi iblis dicintai Allah.
Izin syari = yang dicintai Allah.
Contoh, Allah tidak mengizinkan manusia menghalalkan yang telah diharamkan.
Beriman = iman kepada takdir.
Ayat tersebut menjelaskan kebaikan setelah kebaikan. (beriman dan hidayah)
‘Al Qomah menafsirkan Iman yang disebutkan dalam ayat ini dengan mengatakan :
“هو الرجل تصيبه المصيبة فيعلم أنها من عند الله فيرضى ويسلم”
“Yaitu : orang yang ketika ditimpa musibah, ia meyakini bahwa itu semua dari Allah, maka ia pun ridho dan pasrah (atas takdirNya).
فيرضى ويسلم
Ridho dan pasrah,
Yang wajib ada musibah, sabar..
Ridho adalah tingkatan yang lebih tinggi.
Tingkatan orang menerima musibah ada 2.
1. Sabar (wajib)
2. Ridho (sunah).
2.1 ridho terhadap keputusan Allah (serupa dengan sabar)
2.2 suka dengan musibah tersebut.
Ucapan Alhamdulilah ‘alaa kulli haal, adalah ucapan untuk latihan senang dengan musibah.
Diriwayatkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“اثنان في الناس هما بهم كفر، الطعن في النسب، والنياحة على الميت”
“Ada dua perkara yang masih dilakukan oleh manusia, yang kedua-duanya merupakan bentuk kekufuran : mencela keturunan (nasab) , dan meratapi orang mati”.
Kufur kecil.
Kufur tanda tanwin biasanya kufur kecil.
Mencela nasab ada 2..
1. Meragukan nasab orang (kecuali ada keperluan).
2. Mencela nasab tersebut. (contoh. Dasar suku ini, itu..).
*Meratapi mayat adalah niyahah.
Termasuk dosa besar karena marah atas takdir Allah.*
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ، أَوْ شَقَّ الْجُيُوبَ، أَوْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Bukan dari golongan kami siapa yang menampar-nampar pipi, merobek-robek kerah baju, dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (meratap).” (HR. Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103)
Bukan golongan kami termasuk kriteria dosa besar.
Kalau menangis karena kesedihan itu diperbolehkan, seperti saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis saat meninggalnya Ibrahim (putranya).
berkatalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu kepada beliau, “Mengapa Anda menangis, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
يَا ابْنَ عَوْفٍ إِنَّهَا رَحْمَةٌ
“Wahai Ibnu ‘Auf, sesungguhnya ini adalah rahmat (tangisan kasih sayang).”
Diriwayatkan dari Anas Radhiallahu’anhu sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
إذا أراد الله بعبده الخير عجل الله له بالعقوبة في الدنيا، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة ”
“Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hambanya, maka Ia percepat hukuman baginya di dunia, dan apabila Ia menghendaki keburukan pada seorang hambanya, maka Ia tangguhkan dosanya sampai ia penuhi balasannya nanti pada hari kiamat.”(HR. Tirmidzi dan Al Hakim)
Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
“إن عظم الجزاء مع عظم البلاء ، وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط ” حسنه الترمذي.
“Sesungguhnya besarnya balasan itu sesuai dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala jika mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya, barang siapa yang ridho akan ujian itu maka baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang marah/benci terhadap ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah” (Hadits hasan menurut Imam Turmudzi).
##$$-aa-$$##
Jazakallah khair wa barakallahu fiikum
syukron, perlu belajar dan berproses untuk bisa bersabar..
Na’am, Barakallahu fii kum