TematikUstadz Muhammad Anwar, Lc MPd

*HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu* (bagian-7 )

Bagian ke 7 dari 21 dalam series Hilyah_thalibil_ilmi

Diterbitkan pertama kali pada: 05-Des-2021 @ 06:34

4 menit membaca

*HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu* (bagian-7 )
Karya Syaikh Bakar Abu Zaid
Ustadz Muhammad Anwar, Lc MPd
29 Rabi’ul Akhir 1443H
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima

Telah dibahas : Penuntut ilmu sebaiknya berupaya tinggalkan kemewahan dan berusaha hindari majelis yang sia-sia, berpaling dari kekacauan, dan hiasi diri dengan lembah lembut.

➡️ *Memusatkan perhatian/konsentrasi*

Syaikh berkata : Hiasi diri dengan memperhatikan, karena siapa yang memperhatikan dia akan mendapatkan ilmu.
Penuntut ilmu tidak hanya sekedar perhatian pada materi yang diajarkan tapi saat bicara juga harus perhatian akan apa yang diucapkan, tidak ceplas-ceplos.

Jangan sampai menyesal di akhirat kelak.
Hati-hati dalam bermedsos.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih)

Tidaklah mengherankan jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa menjaga lisan adalah di antara pokok kebaikan. Diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dalam sebuah hadits yang panjang, di akhir hadits disebutkan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ

“Maukah Engkau aku kabarkan dengan sesuatu yang menjadi kunci itu semua?” 

Aku menjawab, “Ya, wahai Nabi Allah.” 

Lalu beliau memegang lisannya, dan bersabda, 

كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا

“Tahanlah (lidah)-mu ini.” 

Aku bertanya, “Wahai Nabi Allah, (apakah) sungguh kita akan diadzab disebabkan oleh perkataan yang kita ucapkan?” 

Beliau menjawab, 

ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

“(Celakalah kamu), ibumu kehilanganmu wahai Mu’adz!  Tidaklah manusia itu disungkurkan ke dalam neraka di atas muka atau hidung mereka, melainkan karena hasil ucapan lisan mereka.” (HR. Tirmidzi)

Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim)

Hati-hati share berita, harus check dulu..

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” (HR. Muslim)

Kita juga harus memilih kalimat yang tidak menyulitkan orang lain. Juga harus memperhatikan saat diskusi.

Penuntut ilmu juga harus memperhatikan soal yang ditanyakan, supaya tidak keluar jawaban yang asal-asalan.

➡️ *Hiasi diri dengan tekun, istiqomah serta teliti*

Apalagi dalam masalah yang penting.

Kaidah..
من ثبت نبت

▶️ “man tsabata nabata = Barangsiapa siapa yang tekun, dia pasti tumbuh”

Kita harus tekun dalam menimba ilmu, dalam Bermajelis.. Jangan berpindah-pindah majelis (dengan bab yang sama).

Jangan jadikan kekurangan kita dalam memahami pelajaran (susah paham), menjadi alasan untuk tidak istiqomah..
Ingatlah pahala kebaikan dalam keistiqomahan.

Kita harus yakin bahwa Ilmu yang kita pelajari pasti bermanfaat, bila kita belum rasakan saat ini, manfaat nya akan kita dapatkan di akhirat kelak.

Allah ﷻ tidak akan menyia-nyiakan amal sholeh hamba-Nya.

➡️ *Perhatian akan metode dan tahapan dalam menuntut ilmu*

Seperti dalam sekolah kita ikuti tahap SD, SMP, SMA dst.

Begitu juga dalam belajar agama.

Syaikh mengatakan “Barangsiapa yang belum menguasai Al Ushul (dasar keilmuan), maka tidak akan berhasil mengetahui ilmu tersebut.”

Misal penuntut ilmu ingin belajar sifat sholat, jangan langsung ke perbandingan mahdzab tapi fokus pada satu mahdzab dulu.

Kaidah lain, siapa yang ingin menuntun ilmu dalam jumlah yang banyak dalam waktu, maka dipastikan ilmu itu akan cepat hilangnya. (tidak seperti sistem kebut semalam).

▶️Itulah perlu belajar secara bertahap.

Kaidah : terlalu banyak ilmu yang kita pelajari secara bersamaan, maka bisa mengacaukan pemahaman ilmu yang lain.

Mestinya penuntut ilmu harus bangun dulu pondasi di setiap disiplin ilmu, misalnya bahasa Arab, belajar dulu kitab Al Jurumiyah..
Tauhid misalnya Al Qawaidhul Arba, kitab Tauhid dst

Syaikh juga menjelaskan dasar-dasar ilmu itu harus dihafalkan..
📌 *Ilmu itu hafalan* bukan catatan.

SELAIN itu perlu setoran hafalan ilmu tersebut kepada yang lebih paham (guru).

Seperti Imam Syafi’i yang setoran hafalan kitab Muwatha’ (Hadits dengan matan dan sanad) kepada Imam Malik.

Dalam menuntut ilmu agama, jangan otodidak.. Kata para ulama “siapa yang guru belajar bukunya (baca sendiri), maka kesalahan akan lebih besar dari kebenarannya”.

Karena itu hanya dipahami dengan kemampuan dirinya yang terbatas.

⏩ Ambillah ilmu dengan cara bertahap.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَقُرْاٰ نًا فَرَقْنٰهُ لِتَقْرَاَ هٗ عَلَى النَّا سِ عَلٰى مُكْثٍ وَّنَزَّلْنٰهُ تَنْزِيْلًا

“Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 106)

Para sahabat dulu belajar dengan mempelajari 10 ayat – 10 ayat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَقَا لَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْـقُرْاٰ نُ جُمْلَةً وَّا حِدَةً  ۛ  كَذٰلِكَ  ۛ  لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُـؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا

“Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).” (QS. Al-Furqan 25: Ayat 32)

♦️Beberapa perkara dalam menuntut ilmu harus kita jaga.

1. Hafalkan yang ringkas-ringkas dari disiplin ilmu
2. Setoran hafalan kepada gurunya (supaya dapat Faidah)
3. Hindari menyibukkan diri dengan hal-hal yang besar, misalnya buku-buku tebal yang mungkin susah dipahami.
4. Jangan berpindah dari buku ringkas kecil ke buku ringkas yang lain dengan tanpa alasan.
5. Hendaknya menulis Faidah-Faidah yang dia dapatkan dari buku yang sedang dibaca.
6. Fokuskan dan tingkatkan jiwa kita pada ilmu yang kita pelajari.

Menuntut ilmu banyak gangguan.

Semoga bermanfaat.

$$##-aa-##$$

Navigasi Series<< *HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu* (bagian-6 )HILYAH THOLIBIL ‘ILMI – Perhiasan bagi Penuntut Ilmu (bagian-8 ) >>
Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *