Bagian ke 16 dari 23 dalam series dosabesar_MBAW
7 menit membaca

🗞️*Alkabair- Hati dan Lisan #17*
✒️Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
🎤Ustadz Dr Firanda Andirja Lc MA
🗓️ 16 Jumadil Awal 1446H/ 17 Nopember 2024
Bada Maghrib – Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima Bekasi.

➡️ *BAB PENJELASAN TENTANG MEREKA MENYANGKA*

Ini biasanya saat menukil kabar dari sumber yang tidak pasti.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

اِذْ تَلَـقَّوْنَهٗ بِاَ لْسِنَتِكُمْ وَتَقُوْلُوْنَ بِاَ فْوَاهِكُمْ مَّا لَـيْسَ لَـكُمْ بِهٖ عِلْمٌ وَّتَحْسَبُوْنَهٗ هَيِّنًا ۖ وَّهُوَ عِنْدَ اللّٰهِ عَظِيْمٌ

“(Ingatlah) ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.”
(QS. An-Nur 24: Ayat 15)

Ayat terkait tuduhan terhadap Aisyah berzina dengan Sufyan Al Mu’aththal as Sulami. Kaum munafik lah yang menyebarkan tuduhan ini.

Mereka anggap sepele padahal ini terkait harga diri kaum mukminin, dan apalagi Aisyah Radhiyallahu anhaa.

Ada tiga sahabat yang terpengaruh tuduhan dusta ini.
Mereka terjatuh dalam perkara yang menimpa kaum munafikin, yaitu Misthah bin Utsatsah, putera bibi (khalah) Abu Bakr (Ash-Shiddiq), Hassan bin Tsabit, dan Hamnah bintu Jahsy radhiyallahu ‘anhum.

Akhirnya Allah jelaskan kebenaran kejadian tersebut, menyelamatkan Aisyah dari tuduhan zina.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ جَآءَكُمْ فَا سِقٌ بِۢنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْۤا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا بِۢجَهَا لَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.”
(QS. Al-Hujurat 49: Ayat 6)

Ada beberapa riwayat yang menjelaskan tentang sebab turunnya ayat ini, namun intinya ada seorang sahabat bernama Al-Walid bin ‘Uqbah bin Abu Mu’aith,Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menugaskan beliau sebagai pengambil zakat dan Nabi mengirim beliau kepada Bani Al-Mushtaliq, sementara Bani Al-Mushtaliq saat itu baru saja masuk Islam. Maka berangkatlah al-Walid menuju Bani Al-Mushtaliq untuk menarik zakat. Ternyata dahulu ketika zaman Jahiliyyah antara suku Al-Walid bin ‘Uqbah dengan Bani Al-Mushtaliq pernah terjadi suatu masalah, akan tetapi setelah datangnya agama Islam dihilangkan itu semua. Ketika Al-Walid bin ‘Uqbah ingin mengambil zakat dari mereka ternyata Bani Al-Mushtaliq ingin menyambut utusan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, lalu mereka semua bangkit membawa pedang dalam rangka menyambut kedatangan utusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ingin menarik zakat, lalu ada seseorang yang datang menemui Al-Walid bin ‘Uqbah mengabarkan bahwa Bani Al-Mushtaliq datang keluar membawa pedang. Akhirnya Al-Walid bin ‘Uqbah pun takut akan dibunuh, lalu Al-Walid bin ‘Uqbah pun kembali dan melapor kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka menolak untuk diambil zakatnya bahkan mereka hendak ingin membunuhnya, akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirim Khalid bin Al-Walid untuk mengecek keadaan mereka, jika mereka memang murtad maka mereka harus dibunuh. Lalu berangkatlah Khalid bin Al-Walid menuju mereka untuk mengecek keadaan mereka, dan sebelum Khalid bin Al-Walid mendatangi mereka dia mengirim orang untuk mengetahui kondisi mereka dan ternyata terdengar adzan di kampung tersebut dan terlihat mereka shalat secara berjamaah maka Khalid bin Al-Walid pun mendatangi mereka dan dia mendapati kebenaran berita yang disampaikan kepadanya lalu dia pun kembali menyampaikan hal tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu turunlah ayat ini

Rasulullah ﷺ bersabda,

بِئْسَ مَطِيَّةُ الرَّجُلِ زَعَمُوا

“Seburuk-buruk ucapan yang digunakan oleh seseorang sebagai kendaraan adalah ungkapan ‘menurut sangkaan mereka’ (maksudnya; seseorang menyampaikan berita kepada orang lain hanya berdasarkan dari berita yang tidak jelas, atau sangkaan-sangkaan orang saja).” HR Abu Dawud.

Yaitu menukilkan berita yang tidak jelas.
Fungsi tunggangan – kita naikin untuk sampai tujuan tertentu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda :

كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع

Cukuplah seseorang (dikatakan) berdusta, (jika) ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar. [HR. Muslim].

Diantara dusta yang berbahaya adalah dusta tidak sengaja. Kalau terkait harga diri seseorang maka akan sangat berbahaya.

➡️ *BAB PENJELASAN TENTANG DUSTA, GURAUAN, DAN LAINNYA*

Islam itu ajarkan kejujuran.
Sebisa mungkin mukmin harus membersihkan lisannya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

 قَا لُوْاۤ اَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا ۗ قَا لَ اَعُوْذُ بِا للّٰهِ اَنْ اَكُوْنَ مِنَ الْجٰـهِلِيْنَ
Mereka bertanya, “Apakah engkau (Musa) akan menjadikan kami sebagai ejekan?” Dia (Musa) menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh/jahil.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 67)

Ini terkait kisah seorang bani Israil yang dibunuh. Allah perintahkan bani Israel melalui Musa, untuk sembelih seekor sapi dan pukulkan bagian tubuh sapi pada orang yang sudah meninggal.
Ini kisah Israiliyat.. Yang bunuh orang tersebut adalah keponakan sendiri karena ingin harta orang tersebut.

Kaum Yahudi adalah kaum yang paling kurang ajar, padahal Musa lah menyelamatkan mereka.

{قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا فَارِضٌ وَلا بِكْرٌ عَوَانٌ بَيْنَ ذَلِكَ فَافْعَلُوا مَا تُؤْمَرُونَ (68) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا لَوْنُهَا قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ صَفْرَاءُ فَاقِعٌ لَوْنُهَا تَسُرُّ النَّاظِرِينَ (69) قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّنْ لَنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ (70) قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُولٌ تُثِيرُ الأرْضَ وَلا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَا شِيَةَ فِيهَا قَالُوا الآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ (71) }

Mereka menjawab, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu.” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan di antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada kalian.” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi betina itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk.” Musa berkata, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata, “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.” Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir mereka tidak melaksanakan perintah itu.
Qs Al Baqarah 68-71.

Intinya mengejek orang agar jadi bahan tertawaan itu dosa besar. ‼️

Apalagi ditambah-tambahin, ada dosa tambahan selain mengejek yaitu dosa dusta.

🔹Dari Ummu Kalsum binti ‘Uqbah bin Abi Mu‘aiṭ -raḍiyallahu ‘anha-, ia berkata, Aku pernah mendengarkan Rasulullah ﷺ bersabda, 

ليس الكذاب الذي يُصلح بين الناس فَيَنْمِي خيرًا

“Bukanlah dinamakan pendusta orang yang mendamaikan antara manusia, lalu ia menyampaikan kebaikan atau mengatakan kebaikan.” HR Bukhari dan Muslim.

Ini dusta yang diperbolehkan.❗

🔸Diriwayatkan dari Ummu Kultsum binti ‘Uqbah radhiyallahu Ta’ala ‘anha, beliau berkata,

مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِنَ الْكَذِبِ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ

“Tidaklah aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan sedikit pun berkaitan dengan perkataan dusta kecuali dalam tiga perkara. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

لَا أَعُدُّهُ كَاذِبًا، الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ، يَقُولُ: الْقَوْلَ وَلَا يُرِيدُ بِهِ إِلَّا الْإِصْلَاحَ، وَالرَّجُلُ يَقُولُ: فِي الْحَرْبِ، وَالرَّجُلُ يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ، وَالْمَرْأَةُ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا

“Tidaklah termasuk bohong:

(1) Jika seseorang (berbohong) untuk mendamaikan di antara manusia, dia mengatakan suatu perkataan yang tidaklah dia maksudkan kecuali hanya untuk mengadakan perdamaian (perbaikan);

(2) Seseorang yang berkata (bohong) ketika dalam peperangan; dan

(3) Seorang suami yang berkata kepada istri dan istri yang berkata kepada suami.” (HR. Abu Dawud, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani)

Dalam peperangan, kalau bisa tauriyah maka lakukan, jangan dosa murni.

Contoh tauriyah Abu Bakar, Dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah bersama Rasulullah ﷺ , Abu Bakar berjalan di belakang Rasulullah ﷺ , hal ini karena Abu Bakar adalah laki-laki tua yang mempunyai banyak kenalan, sedangkan Nabi ﷺ lebih muda dan belum begitu dikenal. Di tengah perjalanan seorang laki-laki yang kenal dengan Abu Bakar bertanya kepadanya, “Siapa orang ini wahai Abu Bakar?”
Abu Bakar khawatir jika dia berterus terang maka laki-laki ini akan melapor kepada orang-orang Makkah yang sedang memburu keduanya dengan iming-iming hadiah besar. Maka Abu Bakar menjawab, “Orang ini menunjukiku jalan.”
Maksud Abu Bakar adalah bahwa orang ini menunjukiku jalan kebaikan, karena dia adalah seorang rasul, tetapi penanya tidak memahami makna ini, dia memahami bahwa orang ini hanya sekedar menunjukkan jalan yang mereka lalui semata.

Dalam perang Mut’ah, Khalid bin Walid membohongi pasukan musuh dengan saling bertukar pasukan, supaya musuh lihat pasukan lebih banyak.

Bohong dalam rangka mempersatukan dibolehkan. ❗

Tidak boleh dusta untuk lepas tanggung jawab (suami istri). Yang boleh adalah bohong untuk menumbuhkan cinta kasih suami istri.

🔸Dalam sebuah hadis dari Abdullah bin ‘Amir bin Rabi’ah, dia berkata,

دعتْني أُمي يومًا ورسولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلم قاعدٌ في بيتِنا فقالتْ: ها تعالَ أُعطيكَ فقال لها رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ وما أردتِ أنْ تعطيهِ ؟ قالتْ : أُعطيهِ تمرًا، فقال لها رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ : أما إنك لو لمْ تُعطيهِ شيئًا كُتبتْ عليكِ كَذِبةٌ

”Suatu hari ibuku memanggilku, sedangkan Rasulullah saat itu sedang duduk-duduk di rumah kami.

Ibuku bilang, ”Sini nak! Aku beri kamu.” Rasulullah berkata kepada ibuku, ”Kamu akan memberinya apa?”

Ibuku menjawab, ”Aku akan memberinya Tamr (kurma yang dikeringkan).”

Lalu Rasulullah bersabda ,”Apabila kamu tidak memberinya sesuatu, maka akan ditulis kamu telah berdusta.”
(HR Abu Dawud)

🔸Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

ﻣَﻦْ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺼَﺒِﻲٍّ ﺗَﻌَﺎﻝَ ﻫَﺎﻙَ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢْ ﻳُﻌْﻄِﻪِ ﻓَﻬِﻲَ ﻛَﺬْﺑَﺔٌ

“Barangsiapa berkata kepada anak kecil ‘Kemarilah aku akan memberimu sesuatu’ namun dia tidak memberikan apa-apa maka perbuatannya itu termasuk dusta.” (HR. Ahmad)

Dalam riwayat Ahmad dari Asma’ bintu Yazid radhiyallahu anhaa dia berkata :

إن الكذب يكتب كذبا حتى نكتب

Aku berkata : “Wahai Rasulullah, jika salah seorang dari kami mengatakan tentang sesuatu yang dia sukai ‘Aku tidak menyukainya’, apakah itu tetangga sebagai kedustaan? Beliau menjawab :” Ya, sesungguhnya sebuah kedustaan itu ditulis sebagai satu kedustaan, hingga sebuah kedustaan kecil itu ditulis sebagai satu kedustaan kecil.” HR Ahmad.

🔸Malaikat sangat detail dalam mencatat dosa, dosa kecil atau dosa besar. Jangan biasakan dusta walaupun sepele.

Dalam riwayat Tirmidzi, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

ويل للذي يحدث فيكذب؛ ليضحك به القوم، ويل له، ثم ويل له

“kecelakaan besar bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa. Kecelakaan besar baginya, kecelakaan besar baginya.”

Banyak orang membuat hal lucu dengan berdusta. Bahayanya ada dua.

1. Dusta
2. Bikin orang mudah tertawa, hati bisa mati.

Semoga bermanfaat.

#alkabaair #sunnah #cela #laknat #hati rahmat #dusta #

##$$-aa-$$##

Navigasi Series<< Alkabair- Hati dan Lisan #16Alkabair- Hati dan Lisan #18 >>
Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin Umroh Nyaman Sesuai Tuntunan Rasulullah?