ALKABAAIR # 36 (MENGUNGKIT KEBAIKAN) – 37 (TIDAK BERIMAN KEPADA TAKDIR)-38 (MENGUPING PEMBICARAAN)
- Syarah Kitab Al Kabaair #Bab 50 Mengganggu Kaum Muslimin dan Mencaci-maki Mereka
- Syarah Kitab Al Kabaair #49- MEMBERONTAK DAN MENGKAFIRKAN ORANG LAIN DIKARENAKAN MELAKUKAN DOSA BESAR
- ALKABAAIR # 48 (SEMENA-MENA)
- ALKABAAIR#45 (ADU DOMBA) 46 (MERATAP DAN MENAMPAR MUKA SENDIRI)
- ALKABAAIR # 41 – MEMBENARKAN DUKUN DAN AHLI NUJUM
- ALKABAAIR # 36 (MENGUNGKIT KEBAIKAN) – 37 (TIDAK BERIMAN KEPADA TAKDIR)-38 (MENGUPING PEMBICARAAN)
- ALKABAAIR # 39 – TUKANG MELAKNAT
- ALKABAAIR #34 (KHIANAT) – 35 (SEMBUNYIKAN ILMU)
- ALKABAAIR#29 (Yang Menhalalkan dan dihalalkan untuknya)-30 (Makan Bangkai, minum Darah, daging Babi)-31(Tidak Bersuci)
- ALKABAAIR # 31 (TIDAK BERSUCI SETELAH BUANG HADATS)-32 (PUNGUTAN LIAR)-33(RIYA)
Diterbitkan pertama kali pada: 28-Jun-2020 @ 18:54
6 menit membacaDOSA-DOSA BESAR yang Membinasakan –
Ustadz Rizal Yuliar Putrananda
15 Syaban 1440H
Dahulu para salaf setidaknya berdoa 6 bulan sebelum ramadhan supaya dipertemukan dengan bulan Ramadhan, dan semoga menjadi bulan Ramadlan terbaik jika itu adalah Ramadhan terakhir hidup kita.
Al Kabair – 36, *Mengungkit-ungkit kebaikan.*
Seseorang yang melakukan kebaikan sebaiknya berusaha untuk menyembunyikan kebaikan tersebut.
Salah satu golongan yang mendapatkan naungan yang hanya ada dari Allah di hari kiamat kelak adalah orang yang sedekah dengan tangan tangan namun tangan kiri tidak tahu, maksudnya disembunyikan..
Tidak bersyukur kepada Allah bila tidak bersyukur kepada manusia.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” (HR. Abu Daud no. 4811 dan Tirmidzi no. 1954. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Allah berfirman
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ (254) }
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim Qs Al Baqarah 254.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذى
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menghilangkan (pahala) sedekah kalian dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima). (Al-Baqarah: 264)
Al Mana = sebut-sebut kebaikan..
كَالَّذِي يُنْفِقُ مالَهُ رِئاءَ النَّاسِ
seperti orang yang membelanjakan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia. (Al-Baqarah: 264)
وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. (Al-Baqarah: 264)
فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوانٍ
Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin. (Al-Baqarah: 264)
عَلَيْهِ تُرابٌ فَأَصابَهُ وابِلٌ
yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat. (Al-Baqarah: 264)
Yang dimaksud dengan wabilun ialah hujan yang besar.
فَتَرَكَهُ صَلْداً
lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). (Al-Baqarah: 264)
Dengan kata lain, hujan yang lebat itu membuat batu licin yang dikenainya bersih dan licin, tidak ada sedikit tanah pun padanya, melainkan semuanya lenyap tak berbekas. Demikian pula halnya amal orang yang riya (pamer), pahalanya lenyap dan menyusut di sisi Allah, sekalipun orang yang bersangkutan menampakkan amal perbuatannya di mata orang banyak seperti tanah (karena banyaknya amal). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
لَا يَقْدِرُونَ عَلى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكافِرِينَ
Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 264)
Dalam Islam, sedekah itu tidak dihitung dari kuantitasnya.. Tapi dari keikhlasan.
Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengingatkan kita untuk selamatkan diri dari neraka dengan sedekah 1/2 butir kurma.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
ثلاثة لا يكلمهم الله يوم القيامة ولا ينظر إليهم ولا يزكيهم ولهم عذاب أليم المسبل والمنان والمنفق سلعته بالحلف الكاذب
“Ada tiga jenis manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari Kiamat, tidak dipandang, dan tidak akan disucikan oleh Allah. Untuk mereka bertiga siksaan yang pedih.
Itulah laki-laki yang isbal, orang yang mengungkit-ungkit sedekah dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu”. (HR. Muslim, 106)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَرْفًا وَلَا عَدْلًا : عَاقٌّ، وَمَنَّانٌ، وَمُكَذِّبٌ بِالْقَدَرِ
Ada tiga golongan manusia yang Allâh tidak akan menerima dari mereka amalan wajib (fardhu), dan tidak pula amalan sunnat (nafilah) mereka pada hari Kiamat kelak; seorang yang durhaka kepada orang tuanya, seorang yang menyebut-nyebut sedekah pemberiannya, dan seorang yang mendustakan takdir.
Hadits ini hasan,. Lihat Shahîh al-Jâmi` ash-Shaghîr no: 3065
*Dosa besar 37* = Mendustakan Takdir.
Awalnya di qalbu dan berdampak kepada sikap.
Allah menutup celah kemungkinan ingkari takdir,
Allah melarang ratapan (niyahah) karena akan membuka pintu mendustakan takdir.
Tahapan iman kepada Takdir.
1. Beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu secara umum maupun secara terperinci.
2. Allah telah menulis segala sesuatu ketetapan takdir di Lauhul Mahfuz
{أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (70) }
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, bahwa yang demikian itu, terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz)? Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah. Qs Al Hajj 70.
3. Allah berkehendak untuk melakukan sesuatu apapun (terjadi)
4. Allah menciptakan segala sesuatu
{وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ}
Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. (Al-Qashash: 68)
Takdir adalah ujian keimanan dan keterbatasan nalar kita.
Contoh bahwa nalar tidak sampai pada sebagian hadits. Sumsum tulang betis bidadari terlihat karena kecantikannya..
Kaum Qadarriyah berpandangan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mentaqdirkan sesuatu dan Dia tidak mengetahuinya. Menurut paham sesat Qadariyah, Allah mengetahui setelah suatu kejadian itu terjadi. Dari pemahaman ini, berarti ada dua kesimpulan. Pertama, ingkar terhadap ilmu Allah sebelum sesuatu itu terjadi. Kedua, berarti hamba itu terjadi dengan sendirinya, bukan dari Allah. [Lihat al Lalika’i, 1/36-37].
QADARRIYAH berkeyakinan Orang itu merdeka dengan perbuatan nya, tidak ada campur tangan Allah.
Enam golongan yang Allah dan Rasul laknat
1. Orang yang mendustakan takdir
2. Orang yang menambah-nambah Kitab Allah
3. Seseorang yang memanfaatkan kepemimpinan untuk kesewenang-wenangan
4. Orang yang menghalalkan yang Allah haramkan
5. Keturunan (Rasulullah shallallahu alaihi wasallam) yang menghalalkan apa yang Allah haramkan
6. Orang yang meninggalkan sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.
HR Tirmidzi 2155.
Sebab dari laknat itu adalah kekurangan ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْقَدَرِيَّةُ مَجُوسُ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِنْ مَرِضُوا فَلَا تَعُودُوهُمْ وَإِنْ مَاتُوا فَلَا تشهدوهم
“Qadariyyah adalah majusinya umat ini. Jika mereka sakit, jangan dijenguk. Jika mereka mati, jangan dilayat” (HR. Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya. Dinilai hasan oleh Al Albani dalam Misykatul Mashaabih)
Kenapa disamakan dengan majusi?
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin mengatakan, “Qadariyyah dinamakan majusi karena kaum majusi meyakini bahwa ada dua pencipta di dunia ini : pencipta kebaikan dan pencipta keburukan. Pencipta kebaikan adalah cahaya. Sedangkan pencipta keburukan adalah kegelapan.
Qadariyyah menyerupai majusi dari sisi ini karena qadariyyah mengatakan : peristiwa yang ada di dunia itu ada dua jenis : peristiwa akibat perbuatan Allah, maka ini adalah ciptaan Allah, dan peristiwa akibat perbuatan hamba, maka ini adalah ciptaan hamba, bukan ciptaan Allah”
Pada dasarnya, penyelewengan paham qadariyyah terpusat pada dua hal :
Mengingkari bahwa Allah mengetahui segala sesuatu sebelum terjadinya
Meyakini bahwa setiap hamba adalah pencipta bagi perbuatannya masing-masing
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengabarkan akan muncul dari kaum muslimin orang yang mengingkari takdir.
Imam Muslim rahimahullah di awal kitab beliau, Shahih Muslim, meriwayatkan sebuah atsar yang panjang yang mengisahkan kemunculan paham qadariyyah, “Dari Yahya bin Ya’mar, beliau mengatakan, “Orang yang pertama kali berbicara masalah takdir di Bashrah adalah Ma’bad Al Juhani. Aku dan Humaid bin ‘Abdirrahman kemudian pergi berhaji –atau ‘umrah- dan kami mengatakan, “Seandainya kita bertemu salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita akan mengadukan pendapat mereka tentang takdir tersebut”
Kami pun bertemu dengan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma yang sedang memasuki masjid. Lalu kami menggandeng beliau, satu dari sisi kanan dan satu dari sisi kiri. Aku menyangka sahabatku menyerahkan pembicaraan kepadaku sehingga akupun berkata kepada Ibnu ‘Umar, “Wahai Abu ‘Abdirrahman (panggilan Ibnu ‘Umar –pen), sungguh di daerah kami ada sekelompok orang yang berpandangan takdir itu tidak ada, dan segala sesuatu itu baru ada ketika terjadinya (tidak tertulis di catatan takdir dan tidak pula diketahui oleh Allah sebelumnya –pen).
Maka Ibnu ‘Umar berkomentar, “Kalau kamu bertemu dengan mereka, beritahukan mereka bahwa aku berlepas diri dari mereka dan mereka berlepas diri dariku! Demi Dzat yang Ibnu ‘Umar bersumpah dengan-Nya, seandainya mereka memiliki emas sebanyak gunung Uhud lantas menginfaqkannya, niscaya Allah tidak akan menerima infaq mereka tersebut sampai mereka mau beriman kepada takdir” (HR. Muslim)
*Dosa 38, Menguping pembicaraan rahasia*
Ibnul Qayyim memasukkan dosa ini ke dalam dosa besar walaupun awalnya Imam Adz Dzahabi ragu pada awalnya.
Setiap bentuk dosa yang pelakunya diancam dengan siksa neraka, laknat Allah dan ancaman2 yang lain.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَجَسَّسُوا
Dan janganlah kamu melakukan tajassus (mencari-cari keburukan orang). [Al-Hujurat/49: 12]
Dalam sebuah hadits disebutkan,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ، وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ، صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ القِيَامَةِ
“Barangsiapa berusaha mendengarkan pembicaraan orang-orang lain, sedangkan mereka tidak suka (didengarkan), atau mereka menjauh darinya, maka pada telinganya akan dituangkan cairan tembaga pada hari kiamat.” [HR. Al-Bukhari , no. 7042]
Ancaman siksa yang sangat serius, timah yang meleleh adalah bukti siksa dengan timah yang sangat panas. Dengan demikian maka benarlah bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar sesuai dengan definisinya.
Kalau ada indikasi buruk, maka kita boleh melakukan penyelidikan termasuk mencuri dengar. (Contoh, orang tua yang lihat kecurigaan atau ada info sebelumnya pada anak-anaknya, untuk pembuktian )
##$$-aa-$$##
Assalamu’alaikum, saya telah membaca penjelasan Al Kabair No. 36, untuk menambah pemahaman mengenai dosa besar ini yang disampaikan ustadz pada pengajian. Bagus sekali penjelasannya. Saya senang sekali.
Masya Allah – barakallahu fii kum…