SIFAT SHOLAT NABI # SUJUD
- SIFAT SHOLAT NABI:#1 – Sholat di atas mimbar dan sutrah
- SIFAT SHOLAT NABI # SHOLAT IBADAH YANG ISTIMEWA
- SIFAT SHOLAT NABI # MEMBACA AL FATIHAH
- SIFAT SHOLAT NABI # BACAAN AL FATIHAH
- SIFAT SHOLAT NABI# BACAAN SETELAH AL FATIHAH
- SIFAT SHOLAT NABI # SUJUD
- SIFAT SHOLAT NABI#BACAAN SETELAH ALFATIHAH (LANJUTAN)
- SIFAT SHOLAT NABI # NIAT
- SIFAT SHOLAT NABI#BACAAN SHALAT MALAM & SHALAT JUM’AT
- SIFAT SHOLAT NABI # BACAAN SHALAT FAJAR-DHUHUR-ASHAR-MAGHRIB
Diterbitkan pertama kali pada: 04-Jul-2020 @ 15:08
5 menit membacaSifat sholat Nabi – *Sujud*
Ustadz Dr Musyaffa Ad Dariny
3 Dzulhijjah 1440 H
Selanjutnya, Nabi shallallahu alaihi wasallam bertakbir dan turun untuk sujud.
Dan itu juga beliau shallallahu alaihi wasallam perintahkan kepada orang yang shalatnya tidak benar, agar melakukannya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, (yang artinya).
“Tidaklah sempurna shalat seseorang dari manusia…. Hingga ia ucapkan, ‘Sami’ Allahu liman hamidah’ hingga ia berdiri tegak, kemudian mengucapkan,” Allahu Akbar”, kemudian sujud hingga persendiannya Thuma’ninah (tenang). ”
Apabila hendak sujud, beliau shallallahu alaihi wasallam mengucapkan takbir [dan beliau menjauhkan kedua tangan (lengan) beliau dari kedua lambung (badan) beliau], kemudian beliau sujud.
Beliau shallallahu alaihi wasallam kadang-kadang mengangkat tangan beliau apabila hendak sujud. (dari sisi sanad hadits ini bisa diterima, tapi banyak ulama hadits hadits ini menyelisihi dari hadits ulama yang lebih kuat). Karena ada hadits Ibnu Umar yang *menafikan mengangkat tangan* ketika akan sujud.
Syaikh Albani menjelaskan riwayat tersebut kadang-kadang saja. Pendapat yang lebih kuat, tidak perlu angkat tangan.
1. *Turun untuk sujud dengan bertumpu pada kedua tangan.*
Juga hal yang jadi perselisihan para ulama.
Imam Nawawi mengatakan tidak ada riwayat yang lebih kuat.
Lutut dulu : sanad lebih kuat tapi lebih sedikit
Tangan dulu : sanad lebih lemah (bukan yang syadid), tapi lebih banyak m
Disebut dalam sebuah hadits,
كان يضع يديه على الأ رض قبل ركبتيه
Beliau shallallahu alaihi wasallam meletakkan kedua tangan Beliau je tanah, sebelum meletakkan kedua lutut beliau.
Beliau shallallahu alaihi wasallam juga memerintahkan cara seperti itu dengan bersabda,
إذا سجد أحدكم فلا يبرك كما يبرك البعير وليضع يديه قبل ركبتيه
“Apabila salah seorang sujud maka janganlah dia menderum seperti menderumnya unta, dan hendaklah dia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” (HR. Abu Dawud, shahih, riwayat yang paling kuat dalam masalah ini)
Ibnul Qayyim menyatakan hadits tersebut salah kutip, harus nya kalau selisihi unta maka turun dulu lutut dulu. Namun Syaikh Albani berpendapat bahwa lutut unta yang depan, sehingga tetap turun tangan dulu (tidak ada pertentangan antara hadits dan praktek).
Para ahli bahasa juga khilaf dimana lutut unta, kuda dan hewan berkaki empat.
Ustadz lebih menguatkan pendapat lutut unta dan hewan berkaki empat di depan.
Pendapat ini dikuatkan oleh hadits Imam Bukhari, saat menceritakan terperosok nya tangan kuda sampai lutut orang (Suraqah) yang mengejar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar saat hijrah m
Beliau shallallahu alaihi wasallam juga bersabda,
إِنَّ الْيَدَيْنِ تَسْجُدَانِ كَمَا يَسْجُدُ الْوَجْهُ، فَإِذَا
وَضَعَ أَحَدُكُمْ وَجْهَهُ فَلْيَضَعْ يَدَيْهِ، وَإِذَا رَفَعَ
فَلْيَرْفَعْهُمَا
“Sesungguhnya kedua tangan itu sujud sebagaimana halnya wajah bersujud. Apabila salah seorang dari kalian meletakkan wajahnya, hendaknya ia meletakkan kedua tangannya. Apabila ia mengangkat wajahnya, endaknya dia mengangkat kedua tangannya pula .” (HR. Abu Dawud, shahih )
Dan Beliau shallallahu alaihi wasallam bertumpu pada kedua telapak tangan Beliau (dan membentangkan keduanya), merapatkan jari-jari, dan menghadapkannya ke arah Kiblat.
Beliau terkadang meletakkan telapak tangan Beliau sejajar dengan kedua sisi bahu beliau., dan terkadang (meletakkannya) sejajar dengan kedua daun telinga beliau.
Beliau shallallahu alaihi wasallam memantapkan (menempelkan) hidung dan dahi beliau di lantai.
Beliau bersabda kepada orang yang tidak benar shalatnya,
إِذَا سَجَدْتَ فَمَكِّنْ لِسُجُوْدِكَ
“Apabila engkau sujud, mantapkan sujudmu (dengan benar-benar menempelkan anggota sujud kebumi).” (HR. Abu Dawud, Hasan shahih )
Dalam sebuah riwayat lain ,
إِذَا أَنْتَ سَجَدْتَ فَأَمْكَنْتَ وَجْهَكَ وَيَدَيْكَ
حَتَّى يَطْمَئِنَّ كُلُّ عَظْمٍ مِنْكَ إِلَى مَوْضِعِهِ
“Apabila engkau sujud, mapankan wajah dan kedua tanganmu (di tempat sujud) hingga seluruh tulangmu tenang ditempatnya masing-masing.” (HR. Ibnu Khuzaimah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يُصِيْبُ أَنْفَهُ مِنَ الْأَرْضِ مَا
يُصِيْبُ الْجَبِيْنُ
“Tidak ada shalat bagi orang yang tidak menempelkan hidungnya ke lantai (tanah) sebagaimana dia menyentuhkan dahinya.” (HR al-Baihaqi, dan al-Hakim, shahih)
Kening dan hidung dianggap satu dalam sujud.
Beliau shallallahu alaihi wasallam juga memantapkan kedua lutut dan ujung-ujung jari kedua kaki beliau.
Serta menghadapkan punggung kaki beliau dan ujung-ujung jari keduanya ke arah Kiblat.
Beliau juga merapatkan kedua tumit beliau.
Tumit rapat ini juga ada perselisihan pendapat.
Jumhur ulama, kaki tidak rapat, posisi ikuti posisi paha.
Sedangkan Syaikh Albani berpendapat dengan hadits yang shahih sehingga pendapat yang kaki rapat lebih kuat.
Dan menegakkan telapak kaki beliau.
Beliau memerintahkan agar melakukan hal itu dan beliau menekuk jari-jari kaki beliau.
Inilah tujuh anggota badan yang dengannya Nabi shallallahu alaihi wasallam bersujud, yaitu
Dua telapak tangan, dua lutut, dua telapak kaki, dan *kening dan hidung*.
Dua anggota badan terakhir disebutkan Nabi shallallahu alaihi wasallam jadikan bagaikan satu anggota tubuh dalam sujud,
Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ—وَفِي رِوَايَةٍ: أُمِرْنَا أَنْ
نَسْجُدَ—عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ: عَلَى الْجَبْهَةِ—
وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ—، وَالْيَدَيْنِ— وَفِي لَفْظٍ:
الْكَفَّيْنِ—، وَالرُّكْبَتَيْنِ، وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ…
وَ لَا نَكْفِتَ الثِّيَا بَ و الشَّعَرَ
“Aku diperintah (dalam satu riwayat, “Kami diperintah”) untuk sujud dengan tujuh anggota tulang (anggota badan) : di atas kening —dan beliau mengisyaratkan tangannya ke hidung beliau —, dua tangan (dalam satu lafadz, “dua telapak tangan”), dua lutut, dan ujung-ujung jari kedua kaki kaki, dan agar tidak mengumpulkan pakaian dan rambut.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau shallallahu alaihi wasallam juga bersabda,
إِذَا سَجَدَ الْعَبْدُ سَجَدَ مَعَهُ سَبْعَةُ آرَابٍ: وَجْهُهُ،
وَكَفَّاهُ، وَرُكْبَتَاهُ، وَقَدَمَاهُ
“Apabila seorang hamba sujud, sujud pula bersamanya tujuh anggotanya: *wajah*, dua telapak tangannya, dua lututnya, dan dua telapak kakinya.” (HR. Muslim no. 1100)
Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada seorang laki-laki yang shalat dengan memintal rambutnya di belakang, (rambut panjang jangan dikuncir). *Hukum iki khusus bagi laki-laki.* akan sulit bagi wanita untuk mempraktekkan kunci rambut. *Untuk larangan kumpulkan pakaian berlaku bagi laki-laki dan perempuan.*
Rambut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu antara pundak dan telinga bawah, itu masuk dalam bab adab bukan sunnah.
انما مثل هذا مثل الذي يصلي وهو مكتوف
Sesungguhnya perumpamaan orang seperti ini adalah ibarat orang yang shalat dalam kondisi tangannya terikat ke belakang pundaknya.
Makna hadits ini, apabila rambutnya terurai maka ketika sujud ia akan jatuh ke tanah, sehingga ikut memberi pahala sujudnya.
Beliau shallallahu alaihi wasallam juga bersabda,
ذلك كفل الشيطان
Ujung rambut yang dijulurkan ke belakang itu adalah yang diduduki syetan.
(kunciran rambut)
Tanya jawab..
1. Hadits perkataan dan perbuatan Rasulullah shallallahu alaihi, maka yang dikuatkan adalah perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Perkataan = untuk umatnya
Perbuatan = ada kemungkinan khusus untuk Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Turun untuk sujud dan berdiri dari sujud (angkat lutut dulu) itu dilakukan dengan pelan.
2. Duduk istirahat saat berdiri diri sujud itu disunahkan bila diperlukan. Ada 3 pendapat, Imam Nawawi, lebih memilih takbir mulai angkat kepala, istirahat, dan berdiri.
Ustadz lebih memilih pendapat takbir, saat mulai berdiri (setelah duduk). Dan ini juga ada hadits shahih nya.
Kita tidak boleh membuat pendapat baru, karena secara tidak langsung berarti menyalahkan pendapat sebelumnya.
Kita hanya boleh memilih pendapat salah satu.
Karena takbir saat setelah duduk istirahat, maka lebih mudah untuk makmum.
3. Kain tertutup kain? Tidak ada dalil khusus yang melarang kening terhalangi kain.
Sehingga bila ada kening atau rambut maka itu tidak merubah hakikat sujud (wajah menempel lantai).
Juga tidak ada larangan kedua *lutut* terhalangi kain, begitu juga kening atau tangan pakai kaos tangan.
Juga kaki juga boleh pakai sandal kaos kaki atau khuf.
Pada asalnya ibadah itu sah
Sempurna.
##$$-aa–+$$##