Diterbitkan pertama kali pada: 20-Jul-2020 @ 17:35

6 menit membaca

Membaca Al-Qur’an
Ustadz Dr Firanda Andirja
6 Ramadhan 1440H

Amalan ibadah pahalanya dilipatgandakan baik secara kuantitas maupun kualitas, ini disepakati oleh para ulama.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyebut Ramadhan sebagai bulan penuh berkah.
Di dalamnya ada malam lailatul qadr, juga umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Allah تبارك وتعالى telah berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (185)

Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang ba-til). Karena itu, barang siapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu; dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.
Qs Al Baqarah 185.

Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata :

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril Alaihissallam bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadhân untuk menyimak bacaan al-Qur’annya. Sungguh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan daripada angin yang berhembus.”
HR Bukhari dan Muslim.

Para orang Shalih dulu banyak yang lebih giat mengkhatamkan Alqur’an, ada yang tiap 3 hari, ada yang tiap 2 hari, ada yang tiap hari.
Imam Syafi’i mengkhatamkan Alqur’an 60x (sehari 2x) di bulan Ramadhan.

Mereka diberi keberkahan waktu oleh Allah.

Imam Malik menutup majelis hadits nya demi fokus pada Alqur’an.

وكان جبريل يأتي النبي صلى الله عليه وسلم كل ليلة في رمضان فيدارسه القرآن. رواه البخاري ومسلم .

“Jibril menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap malam pada bulan Ramadhan, lalu malaikat Jibril saling menyetorkan bacaan Al-Qur’an bersama dengan beliau” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari , dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa malaikat Jibril

كان يعْرضُ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعرضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِي الْعَامِ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ

“Dahulu menyetorkan bacaan Alquran kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap tahun sekali, lalu  pada tahun wafatnya beliau, malaikat Jibril menyetorkan bacaannya dua kali.”

Maka diambil kesimpulan dari Hadits ini yaitu disunnahkannya membaca Alquranul Karim dan saling setor bacaannya di bulan Ramadhan.

Jangan baca Alqur’an terlalu cepat, sampai mencampura huruf dengan huruf yang lain.

Yang terbaik adalah membaca dengan pemahaman.

Ibnul Qayyim mengatakan : Membaca satu ayat disertai tafakkur  (merenunginya) lebih baik daripada mengkhatamkannya tanpa disertai tadabbur dan pemahaman, dan lebih bermanfaat bagi hati, lebih bisa menghantarkan kepada keimanan dan meraih manisnya al-Qur’an.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Rajinlah membaca al-Quran, karena dia akan menjadi syafaat bagi penghafalnya di hari kiamat.” [HR. Muslim 1910]

Dan kita akan butuh syafaat di akhirat kelak.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ

“Amalan puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” [HR. Ahmad, Shahih At-Targhib: 1429]

Amalan yang akan menemani seseorang di alam kubur adalah seperti yang disebutkan dalam hadits Al-Barro bin ‘Azib radhiyallahu’anhu, yaitu apabila amalnya baik maka yang akan menemaninya dalam bentuk seseorang yang bagus wajahnya, pakaiannya dan aromanya, apabila amalannya jelek maka sebaliknya.

Dan kuburan orang yang beramal shalih diluaskan sejauh matanya memandang, dibukakan pintu surga sehingga berhembus aroma yang harum. Sebaliknya, orang yang beramal jelek kuburannya disempitkan, dibukakan pintu neraka sehingga berhembus panasnya, maka kuburan dapat menjadi taman surga atau jurang neraka, tergantung amal seseorang ketika di dunia

Yang perlu diperhatikan dalam membaca Al-Qur’an.

1. Dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an pada malam hari
يٰۤاَيُّهَا الۡمُزَّمِّلُ

1. Wahai orang yang berselimut (Muhammad)!

قُمِ الَّيۡلَ اِلَّا قَلِيۡلًا

2. Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil,

نِّصۡفَهٗۤ اَوِ انْقُصۡ مِنۡهُ قَلِيۡلًا

3. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu,

اَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ تَرۡتِيۡلًا

4. atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.

اِنَّا سَنُلۡقِىۡ عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثَقِيۡلًا‏

5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.

اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا

6. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan.

Qs Muzzammil.

Saat malam, baca Al Qur’an akan lebih masuk ke hati, lebih khusyu.

Sunnah dalam sahur, adalah tidak berkala-lama, dan diteruskan untuk shalat dan baca Alquran serta amalan lainnya.

Dulu jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ada 2 adzan subuh, adzan pertama tanda selesai tahajud untuk diteruskan makan sahur dengan cepat dan baca Alqur’an.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Yang terbaik adalah baca Alquran saat shalat.

Di Madinah mereka shalat tarweh sampai 39 rakaat, sedangkan di Makkah 23 rakaat karena saat istirahat di antara shalat tarweh mereka tawaf.

2. Al Qur’an yang terbaik dibaca saat dalam keadaan suci

Para ulama sepakat membolehkan baca Al Qur’an walaupun tidak dalam keadaan wudlu.
Yang khilaf ulama adalah dalam hal memegang mushaf Alqur’an.
(membaca disini adalah melafalkan)

3. Membaca Al-Qur’an dengan tajwid dan suara yang bagus

Rasulullah ﷺ memujinya,

يَا أَبَا مُوسَى لَقَدْ أُعْطِيتَ مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ

“Wahai Abu Musa, sungguh engkau telah dikaruniai suatu suara yang indah dari keluarga Daud.” (HR. At Tirmidzi shahih)

Dan Abu Musa menjawab, Seandainya saja aku mengetahui tempat Anda waktu itu, niscaya aku akan membacanya untuk anda dengan lebih syahdu lagi.

4. Wanita haid

Wanita junub tidak boleh membaca Al-Qur’an.
Sedangkan wanita haid menurut pendapat terkuat boleh membaca Al-Qur’an.

Mari kita kurangi kegiatan yang kurang bermanfaat (medsos, ngobrol dll) untuk lebih membaca Al-Qur’an.

Orang yang baca Alquran namun menolak untuk beramal maka ada ancaman adzab kubur.

Dalil haditsnya tentang jenis adzab ini adalah bagi orang yang mengambil alqur’an, namun ia membuangnya yakni tidak mengamalkannya dan iapun tidur dari sholat wajib.

عن سمرة بن جندبرضي الله عنه قال: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم مِمَّا يُكْثِرُ اَنْ يَقُوْلَ لِأَصْحَابِهِ : هَلْ رَأَى أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنْ رُؤْيَا ؟ فَيَقُصُّ عَلَيْهِ مَنْ شَاءَ اللهُ أَنْ يَقُصَّ وَ إِنَّهُ قَالَ لَنَا ذَاتَ غَدَاةٍ: إِنَّهُ أَتَانىِ اللَّيْلَةَ آتِيَانِ وَ إِنَّهُمَا قَالاَ لىِ: انْطَلِقْ وَ إِنىِّ انْطَلَقْتُ مَعَهُمَا وَ إِنَّا أَتَيْنَا عَلىَ رَجُلٍ مُضْطَجِعٍ وَ إِذَا آخَرُ قَائِمٌ عَليْهِ بِصَخْرَةٍ وَ إِذَا هُوَ يَهْوِي بِالصَّخْرَةِ لِرَأْسِهِ فَيَثْلُغُ رَأْسَهُ فَيَتَدَهْدَهُ اْلحَجَرُ هَا هُنَا فَيَتْبَعُ اْلحَجَرَ فَيَأْخُذُهُ فَلاَ يَرْجِعُ إِلَيْهِ حَتىَّ يَصِحَّ كَمَا كَانَ ثُمَّ يَعُوْدُ عَلَيْهِ فَيَفْعَلُ بِهِ مَثْلَ مَا فَعَلَ اْلمـَرَّةَ اْلأُوْلىَ قَالَ: قُلْتُ لَهُمَا: سُبْحَانَ اللهِ مَا هَذَانِ؟ — فَجَاء البيان فىِ آخِرِ اْلحَدِيْثِ: قَالاَ لىِ: أَمَّا الرَّجُلُ اْلأَوَّلُ الَّذِي أَتَيْتَ عَلَيْهِ يُثْلَغُ رَأْسُهُ بِاْلحَجَرِ فَإِنَّهُ الرَّجُلُ يَأْخُذُ اْلقُرْآنَ فَيَرْفُضُهُ وَ يَنَامُ عَنِ الصَّلاَةِ اْلمـَكْتُوْبَةِ

Dari Samurah bin Jundab radliyallahu anhu berkata, Kebanyakan yang dikatakan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam  kepada para shahabatnya adalah, “Apakah seseorang di antara kalian ada yang bermimpi?”. Lalu ada seseorang yang Allah kehendaki untuk bercerita kepadanya. Lalu suatu pagi Beliau bercerita kepada kami, “Semalam telah datang dua orang (Malaikat) kepadaku. Keduanya berkata kepadaku, berangkatlah!. Lalu akupun berangkat bersama keduanya. Lalu kami mendatangi seseorang yang sedang berbaring terlentang dan seorang yang lain yang sedang berdiri. Yang padanya ada batu (besar). Tiba-tiba ia menjatuhkan batu itu ke kepalanya lalu memecahkan kepalanya tersebut. Lalu batu itu jatuh menggelinding ke arah sana, maka orang itupun bergegas mengikuti batu itu untuk mengambilnya (kembali). Maka tidaklah ia kembali kepadanya sehingga orang (yang dipecahkan kepalanya itu) telah sehat seperti sediakala. Kemudian ia kembali kepadanya dan melakukan seperti yang ia lakukan pada kali yang pertama. Beliau bersabda, aku bertanya, “Subhaanallah, siapakah mereka itu?”. -(Kemudian datang penjelasannya di akhir hadits)-: Keduanya berkata kepadaku, “Adapun orang pertama yang kamu datangi, yaitu yang dipecahkan kepalanya dengan batu, maka sesungguhnya ia adalah orang yang mengambil alqur’an kemudian menolaknya dan juga tidur dari menunaikan sholat wajib”. [HRal-Bukhoriy: 7047 dan Ahmad: V/ 8-9. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih]. 

##$$-aa-$$##

Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *