KAIDAH PENSUCIAN JIWA
Diterbitkan pertama kali pada: 09-Jul-2020 @ 16:50
4 menit membacaKaidah Pensucian Jiwa (Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr)
Ustadz Abu Abdillah Sahl
4 Jumadil Akhir 1441 H
WPI – Ruang Sultan1
Penampilan ada 2,
1. Jasmani = fisik, merupakan perkara yang diperhatikan dan dituntunkan oleh syariat Islam.
+ Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membolehkan memakai pakaian yang bagus untuk menunjukkan nikmat Allah, namun harus tetap menjaga hati kita.
Perhatikan hadits berikut,
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِيْ قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُوْنَ ثَوْبُهُ حَسَناً وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قاَلَ: إِنَّ اللهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat biji debu. Ada seorang yang bertanya, “Sesungguhnya setiap orang suka (memakai) baju yang indah, dan alas kaki yang bagus, (apakah ini termasuk sombong?). Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” HR Muslim
Dan Firman Allah..
{وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ}
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur). (Adh-Dhuha: 11)
2. Penampilan batin kita, dan inilah yang menjadi penilaian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).
Pentingnya untuk Pensucian jiwa.
QS Asy Syams, ayat 1-8 adalah sumpah, dan ayat 9 adalah pembersihan jiwa.
Asy-Syams, ayat 1-10
وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا (1) وَالْقَمَرِ إِذَا تَلَاهَا (2) وَالنَّهَارِ إِذَا جَلَّاهَا (3) وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَاهَا (4) وَالسَّمَاءِ وَمَا بَنَاهَا (5) وَالْأَرْضِ وَمَا طَحَاهَا (6) وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9)
Demi matahari dan cahayanya dipagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu..
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
{يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ}
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. (Asy-Syu’ara’: 88)
Yakni tiada yang dapat melindungi seseorang dari azab Allah harta bendanya, sekalipun ia memiliki emas sepenuh bumi. Tidak dapat pula menebusnya dari azab Allah, sekalipun dengan seluruh manusia yang ada di bumi. Tiada yang bermanfaat pada hari itu kecuali iman kepada Allah dan mengikhlaskan diri hanya kepada-Nya dalam beragama serta berlepas diri dari kemusyrikan dan para penganutnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
{إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ}
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (Asy-Syu’ara’: 89)
Yaitu bersih dari keyakinan yang kotor dan kemusyrikan. Ibnu Sirin mengatakan bahwa hati yang bersih itu ialah bila pemiliknya mengetahui bahwa Allah adalah hak, dan hari kiamat pasti terjadi tiada keraguan padanya, dan bahwa Allah akan membangkitkan semua makhluk dari kuburnya.
Orang yang mudah berbuat kebaikan adalah orang yang hatinya bersih..
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga mengajarkan doa2 untuk kebaikan hati kita..
Konsep Pensucian Jiwa, ada 2:
1. Pensucian Jiwa adalah rahmat dan keutamaan dari Allah
Qs An Nur 21.
وَلَوْلا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا}
Seandainya tidaklah karena Karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kalian bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya. (An-Nur: 21)
{بَلِ اللَّهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ}
Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 49)
2. Untuk membersihkan jiwa dengan aturan main yang dibimbing oleh syariat
Kaidah 1 Tauhid adalah sumber pokok Pensucian Jiwa
Tauhid, untuk memudahkan dibagi 3:
1. Tauhid Uluhiyah, tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah. Pemurnian ibadah hanya untuk Rabb kita.
Para Rasul diutus dan kitab diturunkan adalah perintah untuk tauhid..
Ini juga pesan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada Muadz bin Jabbal dalam dakwah nya.
Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat Lâ Ilâha Illallâh wa anna Muhammadar Rasûlullâh -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allâh
2. Tauhid Rububiyah, Allah yang mengatur alam semesta, memberi rezeki, hidupkan dan matikan…
3. Tauhid Asma Wasifat, kita yakini Allah punya Sifat dan Nama2 yang sempurna.
Bahaya Syirik..
1. Jika mati masih syirik, dosa tidak diampuni
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa: 48)
Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” HR Tirmidzi.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menyuruh seorang sahabat yang memakai gelang dari Kuningan karena sahabat tersebut merasa bergantung kepada gelang tersebut..
##