Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc MATauhid

KITAB TAUHID #19- SIKAP KERAS RASULULLAH TERHADAP ORANG BERIBADAH KEPADA ALLAH DI SISI KUBURAN ORANG SHALIH (2)

Diterbitkan pertama kali pada: 17-Jul-2020 @ 21:42

6 menit membaca

Kitab Tauhid – Bab sikap keras Rasulullah terhadap orang yang beribadah kepada Allah di sisi kuburan orang shalih (lanjutan)
Ustadz Dr Firanda Andirja, Lc MA
18 Rabi’ul Awwal 1440H

Imam Muslim meriwayatkan dari Jundub bin Abdullah, dimana ia pernah berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda lima hari sebelum beliau meninggal dunia :

“إني أبرأ إلى الله أن يكون لي منكم خليلا، فإن الله قد اتخذني خليلا كما اتخذ إبراهيم خليلا، ولو كنت متخذا من أمتي خليلا لاتخذت أبا بكر خليلا، ألا وإن من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم مساجد، ألا فلا تتخذوا القبور مساجد فإني أنهاكم عن ذلك”

“Sungguh, Aku menyatakan setia kepada Allah dengan menolak bahwa aku mempunyai seorang khalil (kekasih mulia) dari antara kalian, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah menjadikan aku sebagai kekasihNya, sebagaimana Ia telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasihNya, seandainya aku menjadikan seorang kekasih dari umatku, maka aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasihku. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya umat-umat sebelum kalian telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah, dan ingatlah, janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai tempat beribadah, karena aku benar-benar melarang kalian dari perbuatan itu”.

Ini menunjukkan perkara yang sangat penting..

Salah satu bentuk larangan ini adalah membangun masjid di sisi kuburan.

Dan para sahabat pun belum pernah membangun masjid (tempat ibadah) disekitar kuburan beliau, karena setiap tempat yang digunakan untuk sholat berarti telah dijadikan sebagai masjid, bahkan setiap tempat yang dipergunakan untuk sholat disebut masjid, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasul Shallallahu’alaihi wasallam :

“جعلت لي الأرض مسجدا وطهورا”.

“Telah dijadikan bumi ini untukku sebagai masjid dan suci”.

Kekhususan umat Islam, salah satunya..
1. Bumi dijadikan tempat bagiku tempat untuk sholat.

إني أبرأ إلى الله أن يكون لي منكم خليلا، فإن الله قد اتخذني خليلا كما اتخذ إبراهيم خليلا

Ada Khalil dari kalian untukku

Mahabbah : cinta (umum)
Khalil : cinta tertinggi.. (khullah) خلة

كنت متخذاً خليلاً غير ربي لاتخذت أبا بكر

Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seorang kekasihku selain Rabbku pastilah aku akan memilih Abu Bakar,

Bantahan kepada 2 golongan :
1. Jahmiyah, penolak sifat. Allah punya sifat cinta (kepada Ibrahim dan Rasulullah shallallahu alaihi wassalam)

2. Rafidhah, pengkafir Abu Bakar.

Jahmiyah, khawarij, rafidhah, Mu’tazilah, adalah induk dari 72 golongan..

Bahkan sebagian ulama mengeluarkan Jahmiyah dan Rafidhah karna mereka sudah keluar dari Islam.

Keistimewaan Abu Bakar :
1. Dicintai oleh Nabi
2. Satu-satunya orang yang jadi Imam di masjid Nabawi padahal Nabi masih hidup.

Dalam Shahihain, dari ‘Aisyah Radhiallahu’anha ia berkata:

لما مَرِضَ النبيّ صلى الله عليه وسلم مرَضَهُ الذي ماتَ فيه أَتاهُ بلالٌ يُؤْذِنهُ بالصلاةِ فقال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصَلّ . قلتُ : إنّ أبا بكرٍ رجلٌ أَسِيفٌ [ وفي رواية : رجل رقيق ] إن يَقُمْ مَقامَكَ يبكي فلا يقدِرُ عَلَى القِراءَةِ . قال : مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ . فقلتُ مثلَهُ : فقال في الثالثةِ – أَوِ الرابعةِ – : إِنّكنّ صَواحبُ يوسفَ ! مُروا أَبا بكرٍ فلْيُصلّ ، فصلّى

“Ketika Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sakit menjelang wafat, Bilal datang meminta idzin untuk memulai shalat. Rasulullah bersabda: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah berkata: ‘Abu Bakar itu orang yang terlalu lembut, kalau ia mengimami shalat, ia mudah menangis. Jika ia menggantikan posisimu, ia akan mudah menangis sehingga sulit menyelesaikan bacaan Qur’an. Nabi tetap berkata: ‘Perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’. ‘Aisyah lalu berkata hal yang sama, Rasulullah pun mengatakan hal yang sama lagi, sampai ketiga atau keempat kalinya Rasulullah berkata: ‘Sesungguhnya kalian itu (wanita) seperti para wanita pada kisah Yusuf, perintahkan Abu Bakar untuk menjadi imam dan shalatlah’”

3. Satu-satunya sahabat yang menemani Nabi di gua Tsur tatkala hijrah.
4. Satu-satunya sahabat yang menemani Nabi di ‘Arisy (kemah) untuk berdoa tatkala perang Badr.
5. Orang yang paling berjasa dalam membantu dakwah Nabi shallallahu alaihi wassalam.

Dan Imam Ahmad meriwayatkan hadits marfu’ dengan sanad yang jayyid, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :

“إن من شرار الناس من تدركهم الساعة وهمأحياء، والذين يتخذون القبور مساجد”.

“Sesungguhnya, termasuk sejelek-jelek manusia adalah orang yang masih hidup saat hari kiamat tiba, dan orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah (masjid)” (HR. Abu Hatim dalam kitab shohehnya).

Orang rusak :
1. Orang hidup saat kiamat
2. Orang yang menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah.

Imam Syafi’i mengatakan tentang kuburan yang dijadikan tempat ibadah..
“Aku benci dibenci diatas kuburan masjid atau sholat di atasnya, sholat ke arah kuburan.. ”

Imam Nawawi mengatakan..

Dan telah sepakat pernyataan al-Imam Asy-Syafi’i dan para ulama syafi’iyyah akan dibencinya membangun masjid di atas kuburan. Sama saja apakah mayatnya terkenal akan kesholihannya atau tidak, karena keumuman hadits-hadits. Al-Imam Asy-Syafi’i dan para ulama besar syafi’iyah berkata ; “Dan makruh sholat mengarah ke kuburan, sama saja apakah mayatnya sholih atau tidak”. Berkata al-Hafiz Abu Musa : “Berkata Al-Imam Abul Hasan Az-Za’farooni rahimahullah : “Tidak boleh sholat mengarah ke kuburan, dan tidak boleh sholat di sisi kuburan dalam rangka mencari berkah dan mengagungkannya karena hadits-hadits” (Al-Majmuu’ 5/316-317)

Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata :

الْكَبِيرَةُ الثَّالِثَةُ وَالرَّابِعَةُ وَالْخَامِسَةُ وَالسَّادِسَةُ وَالسَّابِعَةُ وَالثَّامِنَةُ وَالتِّسْعُونَ: اتِّخَاذُ الْقُبُورِ مَسَاجِدَ، وَإِيقَادُ السُّرُجِ عَلَيْهَا، وَاِتِّخَاذُهَا أَوْثَانًا، وَالطَّوَافُ بِهَا، وَاسْتِلَامُهَا، وَالصَّلَاةُ إلَيْهَا

“Dosa besar yang ke 93, 94, 95, 96, 97, dan 98 adalah menjadikan kuburan sebagai masjid, menyalakan api (penerangan) di atas kuburan, menjadikan kuburan sebagai berhala, thowaf di kuburan, mengusap kuburan (*dengan maksud ibadah-pen), dan sholat ke arah kuburan” (Az-Zawaajir ‘an iqtiroof Al-Kabaair juz 1 hal 154)

Perhatikanlah, al-Imam Adz-Dzahabi membedakan 2 dosa, antara dosa sholat ke arah kuburan, dan dosa menyembah kuburan (dengan menjadikannya sebagai berhala).

Ibnu Hajar al-Haitami tatkala mensyarah perkataan al-Imam Adz-Dzahabi di atas beliau berkata :

وَاِتِّخَاذُ الْقَبْرِ مَسْجِدًا مَعْنَاهُ الصَّلَاةُ عَلَيْهِ أَوْ إلَيْهِ

“Dan (larangan Nabi) menjadikan kuburan sebagai masjid maknanya adalah sholat di atasnya atau sholat ke arah kuburan”

Ibnu Hajar Al Haitami..
Benar, bahwasanya sebagian ulama madzhab hambali menyatakan : Seseorang yang mengerjakan sholat di kuburan dalam rangka mencari keberkahan merupakan bentuk penentangan terhadap Allah dan RasulNya, dan merupakan bid’ah dalam agama yang tidak diizinkan oleh Allah karena ada larangan akan hal ini, kemudian adanya ijmak (*para ulama yang melarang hal ini), karena sesungguhnya keharaman yang sangat besar dan sebab yang sangat besar menuju kesyirikan adalah sholat di kuburan dan menjadikan kuburan sebagai masjid dan membangun masjid di atas.

Dan pendapat yang menyatakan makruh di bawakan kepada selain hal itu, karena tidaklah dipersangkakan kepada para ulama untuk membolehkan suatu perbuatan yang telah mutawatir (*sangat masyhur) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya pelakunya terlaknat. Dan wajib bersegera untuk menghancurkan bangunan di atas kuburan dan menghancurkan kubah-kubah yang berada di atas kuburan karena kubah-kubah itu lebih berbahaya daripada masjid dhiroor, karena kubah-kubah tersebut di bangun di atas kemaksiatan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena Nabi melarang hal itu dan memerintahkan untuk menghancurkan kuburan-kuburan yang tinggi. Dan wajib untuk meniadakan seluruh lampu dan penerangan di atas kuburan, dan tidak sah wakaf dan nadzar untuk menyalakan lampu dikuburan” (Az-Zawaajir ‘an iqtiroof al-Kabaair juz 1 hal 155)

Kalau kita baca seluruh pembahasan ulama -dari madzhab manapun- tatkala menjelaskan hadits ini (janganlah kalian sholat ke arah kuburan) maka mereka semuanya sedang membahas hukum orang yang sholat menyembah Allah akan tetapi sholatnya ke arah kuburan. Sama sekali tidak ada yang membahas tentang sholatnya orang yang menyembah penghuni kubur, karena hal ini tentu sudah jelas kekufuran.
Sumber (Firanda.com)

Sebab dilarang sholat diatas kuburan
1. Pengagungan terhadap penghuni kubur -> wasilah kesyirikan. (pendapat yang benar)

2. Pendapat lain, karena najis bukan wasilah kesyirikan, namun ini pendapat yang salah, karena
2.1 benar bahwa sebagian ulama menyatakan demikian, tapi membatasi sebab larangan hanya karena najis, maka ini keliru

2.2 mayat kalau sudah dikubur keluar darah dan nanah.
Padahal larangan Nabi ada 2, sholat diatas kuburan dan sholat ke arah kuburan.

Pertanyaan, apakah nanah sampai ke atas? Jawabannya tidak

2.3 jasad para Nabi tidak ada najisnya/nanahnya.

2.4 seandainya kalau karena najis maka tidak sampai Nabi melaknat dan dikatakan makhluq terburuk.

2.5 kalau seandainya larangan sholat tempatnya ternajisi oleh mayat, maka jangan baca AL Quran di situ.

Banyak ulama mengatakan, kuburan itu bukan tempat ibadah
Al Khotoby, Ibnu Hajar Al haitami,Al Baghowi..

Dalil nya

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda

اجعلوا في بيوتِكم من صلاتِكم، ولا تتَّخِذوها قبورًا

“jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan” (HR. Al Bukhari no. 432, 1187, Muslim no. 777)

– *kuburan bukan tempat sholat*

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan,

لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ

“Jangan jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.”

(HR. Muslim no. 780, dari Abu Hurairah –radhiyallahu’anhu-)

-> *kuburan bukan tempat baca Al Quran*.

Semoga bermanfaat,

##$$-aa-$$##

Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ingin Umroh Nyaman Sesuai Tuntunan Rasulullah?