Diterbitkan pertama kali pada: 20-Sep-2020 @ 08:51

8 menit membaca

YANG TERUSIR DARI TELAGA NABI
Ustadz Dr Firanda Andirja Lc MA
1 Safar 1442H

TELAGA Nabi Shalallahu alaihi wasallam

Muqaddimah

Manusia saat itu sangat butuh minum,
Matahari didekatkan hingga jarak 1 mil
Manusia berkeringat yang tingginya sesuai dengan amalannya di dunia (iman semakin kurang maka keringat semakin tinggi)
Manusia dibangkitkan dalam keadaan telanjang, belum disunat dan tidak bawa bekal apa-apa.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan.

مَنْ شَرِبَ مِنْهَا لَمْ يَظْمَأْ بعده أبدا

Barangsiapa yang minum darinya maka tidak akan haus selamanya.

1. Urgensinya

Para salaf perhatikan untuk berdoa agar bisa minum dari telaga Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Anas bin Malik berkata : “Aku tidak pernah menyangka akan bisa hidup sehingga aku melihat orang-orang seperti kalian yang berdebat dalam perkara telaga Nabi, sungguh aku telah meninggalkan wanita-wanita tua di belakangku, setiap dari mereka tidak melakukan shalat terkecuali dia memohon kepada Allah agar memberinya minum dari telaga Nabi.”

Mereka sering berdoa untuk bisa mendatangi telaga (dan bisa minum) Nabi shallallahu alaihi wasallam.

2. Makna Al Haudh
Tempat berkumpul air yang banyak. Bahasa kita adalah telaga atau danau.

3. Dalil adanya Al Haudh
Hadits2 yang mutawatir (banyak yang meriwayatkan – padahal 1 saja shahih maka kita benarkan).
Ibnu Hajar dalam Fathul Bahri ada sekitar 50 shahabat yang meriwayatkan, hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sering mengulang-ulang.

Sahabat Abu Barzah Al Azlami Bahkan mendengar beberapa kali dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bahkan beliau radhiyallahu anhu mendoakan orang yang tidak beriman adanya telaga Nabi supaya tidak bisa minum darinya.

4. Posisi Telaga Nabi ﷺ
Ada khilaf di kalangan ulama.

A. Telaga Nabi ﷺ sebelum shirath di Padang Mahsyar. (Mayoritas ulama).

Dalil.
1. Hikmahnya untuk hilangkan haus, sementara rasa haus tersebut terjadi di padang Mahsyar.

2. Dalam hadits disebutkan ada yang diusir dari telaga, ini menunjukkan sebelum shirath karena setelah shirath langsung masuk surga.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، وَلَيُرْفَعَنَّ لِي رِجَالٌ مِنْكُمْ، ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي، فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، أَصْحَابِي، فَيُقَالُ لِي: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

Aku menunggu kalian di telaga. Sungguh ditampakkan kepadaku beberapa orang diantara kalian, kemudian dia disimpangkan dariku. Lalu aku mengatakan, “Ya Rabbi, itu sahabatku.” Kemudian disampaikan kepadaku, “Kamu tidak tahu apa yang mereka perbuat setelah kamu meninggal.” (HR. Ahmad 4180 dan Bukhari 6576)

Tertolak dan dimasukkan neraka.

B. Telaga Nabi ﷺ setelah shirath, pendapat Al Bukhari.

مَنْ شَرِبَ مِنْهَا لَمْ يَظْمَأْ بعده أبدا

siapa yang minum darinya maka tidak akan haus selamanya.

Mereka mengatakan…. Sementara kalau letaknya di padang di Mahsyar maka akan ada orang-orang pelaku maksiat, setelah minum, lewat shirath dan masuk neraka – ini tidak mungkin.

Namun dibantah oleh pendapat pertama, mereka yang minum dan masuk neraka akan diadzab yang lain (selain rasa haus).

Dan pendapat kedua ini juga membantah lagi bahwa siksaan terbesar adalah rasa haus.

Ibnu Utsaimin menjamak kedua pendapat.

3. setiap Nabi punya haudh

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةً، وَإِنِّي أَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ وَارِدَةً

“Sesungguhnya setiap nabi memiliki telaga di akhirat. Sungguh, mereka saling berbangga-bangga, siapakah di antara mereka yang paling banyak peminum/pengunjungnya. Sungguh, aku berharap kepada Allah bahwa telagakulah yang paling banyak pengunjungnya.” (HR Bukhari)

Rasulullah ﷺ berkata

أنا فرطكم على ال حوضى

Aku menunggu di telagaku.

فرط
Maknanya yang datang duluan/menunggu siap-siap.

Lalu beliau ﷺ mengatakan,

أَلَا لَيُذَادَنَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ عَنْ حَوْضِي كَمَا يُذَادُ الْبَعِيرُ الضَّالُّ، أُنَادِيهِمْ: أَلَا هَلُمَّ، فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ بَدَّلُوا بَعْدَكَ، فَأَقُولُ: سُحْقًا، سُحْقًا

Ketahuilah, sungguh ada beberapa orang yang disesatkan, tidak bisa mendekat ke telagaku, seperti onta hilang yang tersesat. Aku panggil-panggil mereka, “Kemarilah…kemarilah.” Lalu disampaikan kepadaku, “Mereka telah mengubah agamanya setelah kamu meninggal.”

Akupun (Nabi) mengatakan, “Celaka-celaka..”. (HR. Ahmad 8214 & Muslim 607)

Nabi ﷺ akan mengenal mereka dari cahaya bekas wudhu nya.

Sebagian mu’tazilah menolak adanya telaga haudh – seperti Al Qadhi Abdul Jabbar – yang menolak hadits ahad (padahal hadits nya mutawatir).

Sifat TELAGA NABI ﷺ

1. Luasnya

Ada 2 metode :

1.1 pendekatan waktu tempuh

“Telagaku lebarnya sebulan perjalanan”

1.2 pendekatan jarak tempuh.

“lebar dari telaga seperti jarak antara Amman (Jordan) dan Ailah (Syam)

Atau antara Ailah (Syam) dan Shon’a (Yaman).

Dalam riwayat lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan antara Madinah dan Shon’a

Riwayat lain antara Aila dan Juhfah (200 km dari Madinah).

Tentang bentuknya Nabi ﷺ mengatakan

“panjang sama dengan lebarnya kemudian pojok-pojok nya sama”

Ada berpendapat bujur sangkar dan ada yang bulat.

Khilaf dua pendapat di kalangan ulama terkait jarak kota (yang berbeda).

A. Maksud Nabi ﷺ hanyalah pendekatan, yang penting sangat jauh jaraknya.
NABI ﷺ menjawab dengan nama kota sesuai pengetahuan yang bertanya.

B. Dhahir nya memang berbeda tapi memang Allah menambah luas telaga Nabi ﷺ. (jarak terjatuh antara Aila dan Shon’a).

Sebagaimana surga juga diluaskan.

2. Warna nya

Nabi ﷺ mengatakan “lebih putih dari salju /es” dalam riwayat lain “lebih putih daripada susu”

3. Rasa

NABI ﷺ mengatakan “lebih manis dari pada madu”

4. Aroma

Nabi ﷺ mengatakan:
“lebih harum dari pada aroma minyak kasturi”

5. sumber airnya

Nabi ﷺ mengatakan “Mengalir dengan deras dua talang (emas dan perak) dari surga (dari sungai atau telaga Al Kautsar)”

6. YANG Pertama kali datang di telaga

A. Orang-orang miskin dari kalangan muhajirin. Yang sifatnya Rambutnya semrawut, penuh dengan debu.
Baju kumal, tidak menikah dengan wanita-wanita yang kaya, tidak dibukakan pintu orang bila bertamu..

Inti nya orang miskin, susah, karena mereka hijrah meninggalkan harta mereka di Makkah.

Kenapa mereka yang paling duluan? Bukan berarti yang paling utama, menurut Ibnu Taimiyyah – orang miskin lebih utama untuk segera merasakan kenikmatan.

Ini serupa dengan masuk surga yang paling duluan adalah orang-orang miskin.

7. Jumlah cangkir

Nabi ﷺ mengatakan “Seperti jumlah binatang-binatang di langit”, supaya tidak rebutan..

Siapa yang terusir dari telaga Nabi ﷺ

Dari Abdullah bin Mas’ud berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ لَيُرْفَعَنَّ إِلَيَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لِأُنَاوِلَهُمْ اخْتُلِجُوا دُونِي ، فَأَقُولُ : أَيْ رَبِّ أَصْحَابِي يَقُولُ : لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Saya menunggu kalian di telaga, beberapa orang dari kalian akan didekatkan kepadaku, hingga hampir saja saya mengulurkan (air telaga tersebut) tiba-tiba mereka dijauhkan dariku, maka aku berkata: “Wahai Tuhanku, sahabat-sahabatku, Dikatakan (dalam riwayat lain – Malaikat berkata) : “Kamu Tidak mengetahui apa yang mereka perbuat (ada-adakn) sepeninggalmu”. (HR. Bukhori dan Muslim)

أَحْدَثُوا
Berbuat perkara yang baru dalam agama (bud’ah).

Dari Anas bin Malik bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ الْحَوْضَ رِجَالٌ مِمَّنْ صَاحَبَنِي ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتُهُمْ وَرُفِعُوا إِلَيَّ اخْتُلِجُوا دُونِي ، فَلَأَقُولَنَّ : أَيْ رَبِّ أُصَيْحَابِيأُصَيْحَابِي ، فَلَيُقَالَنَّ لِي : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ

“Maka pasti akan ada beberapa orang yang telah menemaniku akan menghampiriku di telaga, hingga setelah kalian melihat dan mereka mendekatiku, mereka dijauhkan dariku, maka aku berkata: “Ya Tuhanku, sahabat-sahabat kecilku”. Maka dikatakan kepadaku: “Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Dari Sahl bin Sa’d berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنِّي فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ مَنْ مَرَّ عَلَيَّ شَرِبَ ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا ، لَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي ، ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ ، فَأَقُولُ : إِنَّهُمْ مِنِّي ، فَيُقَالُ : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ ، فَأَقُولُ : سُحْقًا ، سُحْقًا ، لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي

“Saya menunggu kalian di “Haudh” (telaga), barang siapa yang melewati saya ia akan meminum air telaga tersebut, dan bagi siapa saja yang meminumnya maka ia tidak akan merasa haus selamanya. Ada beberapa kaum yang mendatangiku, aku mengetahui mereka, dan mereka mengetahuiku, kemudian mereka dihalangi untuk sampai kepadaku, maka aku berkata: “Mereka adalah termasuk golonganku”. Maka dikatakan: “Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka perbuat sepeninggalmu”.
Maka aku bersabda: “Celaka, celaka bagi siapa yang merubah setelah meninggalku”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Dari Asma bintu Abu Bakr radhiallahu anhuma, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنِّي عَلَى الْحَوْضِ حَتَّى أَنْظُرَ مَنْ يَرِدُ عَلَيَّ مِنْكُمْ، وَسَيُؤْخَذُ نَاسٌ دُونِي فَأَقُولُ: يَا رَبِّ، مِنِّي وَمِنْ أُمَّتِي. فَيُقَالُ: هَلْ شَعَرْتَ مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ، وَاللهِ مَا بَرِحُوا يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ

“Sungguh, aku (akan menunggu) di telaga hingga aku bisa melihat orang yang datang kepadaku dari kalian (kaum muslimin). Beberapa orang akan diambil sebelum sampai kepadaku. Aku lantas mengatakan, ‘Wahai Rabb-ku, mereka dari golonganku dan dari umatku.’ Lalu dikatakan kepadaku, ‘Apakah engkau mengerti apa yang mereka lakukan sepeninggalmu? Demi Allah, mereka telah murtad dari agamanya’.” (HR. Muslim)

Dari ‘Aisyah berkata: Saya mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

إِنِّي عَلَى الْحَوْضِ أَنْتَظِرُ مَنْ يَرِدُهُ عَلَيَّ مِنْكُمْ ، فَلَيُقَطَّعَنَّ رِجَالٌ دُونِي ، فَلَأَقُولَنَّ : يَا رَبِّ أُمَّتِي أُمَّتِي ، فَلَيُقَالَنَّ لِي : إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا عَمِلُوا بَعْدَكَ ، مَا زَالُوا يَرْجِعُونَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ

“Sesungguhnya aku menunggu di dekat telaga orang yang mendatangiku di antara kalian, maka beberapa orang dihalangi untuk mendatangiku, maka aku berkata: “Ya Allah, umatku-umatku…, maka dikatakan kepadaku : “Sesungguhny akamu tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu, mereka kembali menjadi seperti sediakala-murtad”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh banyak para peneliti hadits).

Dan masih banyak hadits seperti ini, bahkan ada hadits yang menjelaskan orang yang tertolak ke telaga akan dimasukkan ke dalam neraka.

YANG TERUSIR DARI TELAGA

1. Orang-orang murtad setelah wafatnya Nabi ﷺ.

Sebagian mengatakan orang munafik.

Abu Bakar sibuk dengan orang-orang seperti ini sepeninggal Nabi ﷺ.

Dalam riwayat2 ada beberapa lafazh (rijal, ashaaby, dll) yang menunjukkan sedikit yang Nabi ﷺ kenal

Karena menurut Syiah yang berdalil dengan hadits ini para sahabat semuanya murtad kecuali 4 – paling banyak 19).

Bantahan kepada syiah..
1. Mereka murtad kan tapi hadits mereka terima
2. Disebutkan jumlah bukan berarti banyak /semuanya.

Pelajaran
A. Nabi ﷺ tidak tahu apa yang terjadi setelah wafatnya. (termasuk aneh ada yang meyakini Nabi ﷺ datang saat Maulud Nabi)

2. Pelaku bid’ah, ada yang membagi 2.

2.1 Bid’ah Aqidah seperti Khawarij, Rofidhoh Mu’tazilah.

2.2 Pelaku Bid’ah secara umum

3. Orang-orang yang dzalim berlebihan, seperti para penguasa yang dzalim.

4. Pelaku dosa besar yang tidak malu menampakkannya (anggap remeh).

Poin 2 3 4
Dari lafazh
ahdatsu – mengada-adakan
Baddalu – merubah-ubah

Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, “Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah Azza wa Jalla dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum Muslimin, seperti orang-orang Khawarij, Syi’ah rafidhah dan para pengikut hawa nafsu. Demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim, yang melampaui batas dalam kezhaliman dan menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, dan seluruh orang yang menyimpang dikhawatirkan masuk dalam hadits ini.”

Tentu berbeda antara tingkatan bid’ah satu dengan lainnya.

Al Qurthubi dalam kiranya At-Tadzkirah mengatakan,” mungkin orang dijauhkan, setelah itu didekatkan, setelah Allah beri ampunan jika ternyata perubahan tersebut dalam masalah amal yaitu bid’ah2 amali bukan bid’ah2 aqidah”

Jadi Al Qurthubi membedakan bid’ah2 dan yang paling terancam adalah bid’ah Aqidah..

agar bisa minum dari telaga Nabi ﷺ

1. Menjaga sholat yang konsekuensi menjaga wudhu – sering wudhu

2. Sabar terhadap penguasa yang dzalim.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Sepeninggalku nanti, kalian akan menjumpai para pemimpin yang mementingkan diri sendiri; maka bersabarlah, hingga kalian bertemu denganku di telaga (dalam surga).”

3. Tidak menolong kedzaliman yang dilakukan penguasa

Sabar bukan berarti membenarkan kesalahan penguasa.

Tidak taat kepada perintah maksiat bukan berarti memberontak.

Rasulullah ﷺ bersabda;

«اسْمَعُوا، هَلْ سَمِعْتُمْ أَنَّهُ سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ؟ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الحَوْضَ،َ»

“Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin?
Siapa yang masuk kepada mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan menyokong kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, aku juga bukan golongannya. Dia juga tak akan menemuiku di telaga.” (HR Tirmidzi, Nasai dan Al Hakim).

Semoga bermanfaat

##$$-aa-$$##

Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *