TematikAdab & AkhlakUstadz Muhammad Anwar, Lc MPd

ITSAR (Mendahulukan orang lain dalam hal mubah)

Diterbitkan pertama kali pada: 29-Mei-2022 @ 07:06

10 menit membaca

*ITSAR* (Mendahulukan orang lain dalam hal mubah)
Ustadz Muhammad Anwar, Lc MPd
28 Syawal 1443 H

Tema ini berkaitan dengan akhlaq.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”

Dalam bahasa kita bisa bermakna mengalah.. Misalkan pada saat antri ada orang di belakang kita yang kelihatan terburu-buru, dan kita mengalah untuknya.

Saat ini banyak yang meninggalkan adab ini, malah menyerobot antrian, bahkan dengan memakai atribut muslim.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَا لَّذِيْنَ تَبَوَّؤُ الدَّا رَ وَا لْاِ يْمَا نَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّوْنَ مَنْ هَا جَرَ اِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُوْنَ فِيْ صُدُوْرِهِمْ حَا جَةً مِّمَّاۤ اُوْتُوْا وَيُـؤْثِرُوْنَ عَلٰۤى اَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَا نَ بِهِمْ خَصَا صَةٌ ۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَـفْسِهٖ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ 

“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati rumah-rumah mereka (di Kota Madinah) dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (Nabi dan kaum Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah ke tempat mereka.

Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 9)

🖍️Sifat orang Anshar ini mencintai orang-orang yang menyelamatkan agamanya dan pindah ke negeri mereka.
Tidak ada hasad..

وَالسَّابِقُونَ الأوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأنْصَارِ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dari Ansar

Allah sebutkan dulu kaum Muhajirin daripada kaum Anshar, karena kaum Muhajirin lebih utama.

🖍️ Mereka juga mengutamakan kaum Muhajirin daripada mereka sendiri, walaupun mereka juga sedang membutuhkan.

Dan Allah tutup dengan kalimat… Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.

🖍️Dan disebutkan juga sifat kaum Anshar.

1. Cinta kepada kaum Muhajirin
2. Tidak ada hasad kepada kaum Muhajirin

Seperti dalam kisah berikut.

♦️Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau bersabda, ‘Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.

Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.

Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!’ Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .

Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, ‘Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’

Dia menjawab, ‘Silahkan!’

Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.

Abdullah juga mengatakan, ‘Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik.’

Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, ‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.’ Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.

Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?’

✔️Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, ‘Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’❗

Abdullah bin Amr berkata, ‘Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.”

➡️ *Tidak hasad adalah amalan yang sangat berat.*

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ}

dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). (Al-Hasyr: 9)

♦️Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Rasulullah ﷺ , lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku lapar.”

Maka Rasulullah ﷺ menyuruh seseorang ke rumah istri-istri beliau, dan ternyata tidak dijumpai makanan apa pun pada mereka.

Maka Nabi ﷺ bersabda, “Adakah seseorang yang mau menjamu orang ini malam ini, semoga Allah merahmatinya?” 

Maka berdirilah seorang lelaki dari kalangan Ansar seraya berkata, “Akulah yang akan menjamunya, wahai Rasulullah.”

Kemudian lelaki itu pulang ke rumah keluarganya dan berkata kepada istrinya, “Orang ini adalah tamu Rasulullah ﷺ , maka jangan engkau simpan apa pun untuknya.” Istrinya menjawab, “Demi Allah, aku tidak mempunyai makanan apa pun selain makanan untuk anak-anak.” Suaminya berkata, “Jika anak-anak ingin makan malam, tidurkanlah mereka, lalu kemarilah dan matikanlah lampu, biarlah kita menahan lapar untuk malam ini.” Istrinya melakukan apa yang diperintahkan suaminya itu.

Kemudian pada pagi harinya lelaki itu menemui Rasulullah ﷺ , maka Rasulullah ﷺ bersabda:

“لَقَدْ عَجِبَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ -أَوْ: ضَحِكَ-مِنْ فُلَانٍ وَفُلَانَةٍ”

Sesungguhnya Allah merasa kagum (bahkan tertawa) atau rida dengan apa yang telah dilakukan oleh si Fulan dan si Fulanah.🖍️

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan firman-Nya: dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). (Al-Hasyr: 9)

Itulah gambaran sifat orang-orang Anshar yang mengutamakan orang lain.

♦️ *JENIS-JENIS ITSAR*

Ada beberapa hukum :

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin menjelaskan..

🔸1. *Haram*, mendahulukan orang lain untuk sesuatu yang wajib atas diri kita secara syar’i.

Contoh : apabila kita mempunyai air yang cukup untuk wudhu untuk satu orang saja, sedangkan kita belum wudhu, dan teman-teman kita belum wudhu.

Air ini adalah milik kita, bisa saja kita berikan kepada teman agar bisa wudhu dan kita tayammum. Atau kita kita pakai wudhu dan teman tayammum.

Dalam kondisi ini, *tidak boleh* kita berikan air tersebut kepada teman untuk wudhu lalu kita tayammum. Karena kita lah yang mendapatkan air dan air itu milik kita.

🔸2. *Makruh*, mendahulukan orang lain dalam hal yang sunnah.

Contohnya : menempati shaf pertama (padahal kita sudah di shaf pertama dan ngalah). Hal ini makruh karena kita dianggap tidak suka kebaikan, padahal kita lebih berhak atas tempat itu.

Ada beberapa ulama yang membuat perkecualian untuk kemashlahatan, jika orang itu bapak kita dan kita khawatir hatinya akan tersinggung bila kita tidak mempersilakan shaf pertama tersebut.

🔸3. *Mubah*, bisa menjadi sunnah dalam hal selain ibadah, yaitu perkara yang mubah, terkait duniawi. (dalam bahasan ini)

Contoh : kita lapar dan punya makanan, tetapi ada teman kita yang lapar juga, dalam hal ini jika kita mendahulukan teman untuk makan, maka ini adalah hal yang terpuji..

🔸ITSAR yang dilakukan oleh Nabi ﷺ kepada orang-orang kafir, seperti saat mereka minta kambing, onta… Selama Nabi ﷺ ada, orang yang meminta tidak pernah ditolak permintaannya.

🖍️Dikutip dari kitab Musnad Ahmad karya Imam Ahmad bin Hanbal yang diriwayatkan dari Hadits Abu Hurairah, yang menceritakan bahwa dirinya pernah mengalami susah tidur karena perutnya sangat lapar. Sehingga tidak jarang ia mengganjal perutnya dengan batu agar bisa menahan rasa lapar itu.

Sampailah pada suatu hari, ia sengaja duduk-duduk di pinggiran jalan yang biasa dilalui oleh orang. Tiba-tiba Abu Bakar berjalan melewatinya. Dan Abu Hurairah berusaha menanyakan tentang firman Allah dengan harapan ia diajak datang ke rumah Abu Bakar. Namun, Abu Bakar tidak paham dengan maksud itu, sehingga harapan pun sia-sia.

Tidak lama dari peristiwa itu, kemudian Umar bin Khattab juga lewat jalanan di mana Abu Hurairah sengaja duduk. Sementara Abu Hurairah terus berusaha dengan upaya yang sama dengan harapan yang sama pula. Tapi belum juga berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Sampai Rasulullah melewatinya dan sepertinya Rasul sangat paham apa yang sedang dialami Abu Hurairah. Kemudian Rasulullah memanggilnya, “Wahai Abu Hurairah.” Dengan segera Abu Hurairah menjawab seruan itu.

“Ikutlah padaku,” ajak Rasulullah ﷺ . Abu Hurairah mengiyakan ajakan itu tanpa bertanya akan diajak ke mana oleh Rasulullah. Ia terus mengikuti langkah kaki Rasulullah hingga sampai ke rumahnya. Sudah bisa dilihat dari niat awalnya, Abu Hurairah sangat berharap akan dapat sesuatu yang bisa menjadi ganjal perutnya yang sedang lapar saat itu.

Sesampainya di dalam rumah Rasulullah, Abu Hurairah melihat ada segelas susu di atas meja. Lalu Rasulullah ﷺ pun bertanya kepada para penghuni rumah dari mana asal susu itu. Kemudian salah satu dari istrinya menjawab bahwa susu itu merupakan pemberian dari seseorang yang sengaja mendatangi rumahnya.

Mendengar jawaban itu, sontak Rasulullah langsung meminta Abu Hurairah untuk memanggilkan para penghuni Shuffah. Tapi, lagi-lagi Abu Hurairah tampak kebingungan karena bukan dirinya yang mendapatkan tawaran dari Rasulullah untuk meminum susu itu. Abu Hurairah pun bergumam, “Bagaimana mungkin susu satu gelas ini dibagikan kepada para penghuni Shuffah sedangkan aku sendiri sangat merasa lapar.”

Meskipun demikian, itu tetap perintah Rasulullah ﷺ yang harus ia taati. Abu Hurairah pun melaksanakan perintah itu dengan memanggil semua yang berada di Shuffah. Setelah mereka semua duduk di rumah Rasulullah, kemudian ia meminta Abu Hurairah untuk mengambilkan segelas susu itu agar diminum secara bergantian satu persatu sampai semuanya merasa kenyang.

Sedangkan Abu Hurairah merasa heran karena segalas susu itu tidak juga habis padahal sudah diminum oleh teman-temannya. Sampailah pada giliran Rasulullah untuk meminumnya, beliau memegang gelas itu dengan kedua tangannya dan memandangi Abu Hurairah dengan guratan senyuman di wajahnya.

“Wahai Abu Hurairah, tinggal aku dan engkau yang belum minum,” ucap Rasul.

“Benar, Rasulullah,” jawabnya semangat seperti sudah tidak sabar lagi ingin meneguk susu itu.

“Duduklah dan minumlah,” pinta Rasulullah. Kemudian Abu Hurairah pun segera mengambil tempat duduk lalu dengan cepat minum seteguk susu tersebut. Rasulullah menyuruhnya untuk meminumnya lagi, kemudian ia meneguknya untuk yang kedua kali. Setelah itu, Rasul tetap menyuruhnya untuk meminumnya lagi, sampai tegukan yang ketiga kalinya.

Namun pada tegukan yang ketiga kalinya itu, sudah cukup membuat Abu Hurairah merasa kenyang sampai akhirnya ia mengatakan, “Tidak, demi dzat yang mengutusmu dengan benar, aku sudah tidak lagi menemukan tempat di dalam perutku yang kosong.”

✅ Itulah kisah ITSAR yang menakjubkan yang Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lakukan.

➡️ *KEUTAMAAN ITSAR* (secara isyarat)

🔸*1. Pelaku ITSAR akan mendapatkan kecintaan Allah.*

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أحبُّ الناسِ إلى اللهِ تعالى أنفعُهم للناسِ وأحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سرورٌ يُدخلُه على مسلمٍ أو يكشفُ عنه كُربةً أو يقضي عنه دَينًا أو يطردُ عنه جوعًا ولأن أمشيَ مع أخٍ في حاجةٍ أحبُّ إليَّ من أن أعتكفَ في هذا المسجدِ ( يعني مسجدَ المدينةِ ) شهرًا ومن كفَّ غضبَه ستر اللهُ عورتَه ومن كظم غيظَه ولو شاء أن يمضيَه أمضاه ملأ اللهُ قلبَه رجاءَ يومِ القيامةِ ومن مشى مع أخيه في حاجةٍ حتى تتهيأَ له أثبت اللهُ قدمَه يومَ تزولُ الأقدامُ

“manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling bermanfaat untuk manusia. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya. Dan aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya itu lebih aku cintai daripada ber-i’tikaf di masjid Nabawi selama sebulan lamanya. Dan siapa yang menahan marahnya maka Allah akan tutupi auratnya. Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia bisa menumpahkannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan di hari kiamat. Dan barangsiapa berjalan bersama saudaranya sampai ia memenuhi kebutuhannya, maka Allah akan mengokohkan kedua kakinya di hari ketika banyak kaki-kaki terpeleset ke api neraka” (HR. Ath Thabrani 6/139, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2/575).

🔸*2. Dicintai oleh manusia*

Sahl bin Sa’d as-Sa’idy –radhiallahu ‘anhu berkata, “Seseorang mendatangi Nabi dan bertanya, “Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amal, jika aku mengerjakannya aku akan dicintai oleh Allah dan dicintai pula oleh sekalian manusia.” Rasul menjawab, “Zuhudlah terhadap dunia, niscaya kamu akan dicintai oleh Allah. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya kamu akan dicintai oleh mereka.” (HR Ibnu Majah, dengan derajat hasan)

Ustadz menutup dengan kisah menakjubkan dari 3 sahabat saat terjadi perang Yarmuk..

PADA akhir perang, terjadi pemandangan sangatlah menyedihkan. Selain banyak mujahid yang tewas, ada tiga orang shahabat Rasulullah yang terbujur lemah penuh luka dan darah. Mereka bukan lain adalah Ikrimah bin Abu Jahl dan Al Harits bin Hisyam yang gagah berani maju melawan Romawi, serta seorang shahabat lain yakni Ayyasy bin Abi Rabi’ah (riwayat lain menyebutkan bukan Ayyasy melainkan Suhail bin Amr).

Dengan tubuh terbujur kaku dan luka yang tak mampu lagi ditahan, Ikrimah meminta seteguk air. Dibawakanlah untuknya air minum. Namun ia melihat Al Harits yang juga terbujur lemah tak berdaya. Ia pun berkata, “Berikan air itu pada Al Harits dulu.”

Maka dibawalah air itu pada Al Harits. Namun Al Harits melihat Ayyasy menoleh padanya. Al Harits pun meminta agar Ayyasy lebih dahulu meneguk air segar itu. “Berikan air itu untuknya saja,” kata Al Harits.

Air itu pun dibawa pada Ayyasy. Namun sebelum meneguknya, Ayyasy sudah menemui ajal. Maka si pembawa minum itu pun kembali menuju Ikrimah dan Al Harits agar keduanya dapat meminum air. Namun terlambat, keduanya pun sudah wafat sebagai mujahid.

✅ Betapa mulianya akhlak para sahabat Radhiallahu anhum.

Semoga bermanfaat..

##$$-aa-$$##

Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *