Bagian ke 3 dari 3 dalam series AntarAqidah

Diterbitkan pertama kali pada: 28-Sep-2023 @ 16:08

12 menit membaca

*PENGANTAR ILMU AQIDAH-3*
Ustadz Dr Firanda Andirja, Lc MA
10 Rabi’ul Awal 1445H / 24 September 2023
Masjid Al Ikhlas Dukuh Bima Bekasi
Ba’da Maghrib

✅ Sumber aqidah yang salah – *Akal*

1️⃣ Menurut ahlu sunnah wal jamaah

Akal ditempatkan sesuai dengan tempatnya. Akal ada batasan begitu juga pandangan.

Imam Syafi’i : Ada batasan tidak bisa melebihi batasnya, sebagaimana pandangan yang tidak bisa melebihi batasan pandangan tersebut.

2️⃣ Adapun ahlu kalam (Jahmiyah, Mu’tazilah, Asyariah) – sepakat bahwa akal bila bertentangan dengan dalil maka akal di dahulu kan dari pada dalil, dalil ditolak atau ditakwil yang sesuai dengan akal.

3️⃣ Adapun shufiyah, mereka meninggalkan akal dan dalil.

♦️ *PENJELASAN*

✅➡️ Akal menurut ahlu sunnah wal jama’ah.

♦️1. Akal ada batas kemampuannya sebagaimana mata ada batasan. Terlalu gelap atau terlalu terang penglihatan tidak bisa berfungsi.

Begitu juga pendengaran, kalau frekuensi terlalu rendah atau terlalu tunggi pendengaran tidak bisa berfungsi.

❗Metode berfikir akal.

Akal dibangun atas data yang ada di dalam dirinya kemudian dibandingkan dengan data yang datang.

🔹Misal nya seseorang yang dilahirkan tidak bisa melihat dan saat bisa melihat beberapa detik, yang dilihat ayam jago, maka bila ditanya sesuatu akan dibandingkan dengan ayam jago (satu-satunya databasenya). Bila ditanya gajah, maka dia akan bandingkan dengan ayam jago.

🔹Maka dari itu sangat susah membayangkan ketampanan Nabi Yusuf yang diberi 1/2 ketampanan dari seluruh ketampanan.

🔹Susah juga membayangkan kecantikan bidadari yang sumsumnya kelihatan . Untuk menutup kesalahan prasangka yang mungkin timbul pada umatnya (cantik kok sumsum kelihatan – mungkin hantu misalnya), maka Nabi shallallahu alaihi wasallam mengatakan kelihatan sumsum karena saking kecantikannya. Sampai Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan bidadari itu hatinya cermin bagi suaminya.

🔹Begitu juga tentang ruh, sangat susah untuk dibayangkan karena gak ada database untuk ruh.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَاۤ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
“Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang roh, katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Rabb-ku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit.””
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 85)

Tidak ada yang tahu hakikat ruh, tidak ada yang bisa dianalogikan dengan ruh tidak ada database.

Begitu juga tentang jin, tentang malaikat.
Bagaimana dengan jantung malaikat?

Yang Allah kabarkan malaikat punya jantung.

{حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ}

Apabila telah dicabut rasa takut dari jantung malaikat, mereka (sadar) berkata, “Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhan­mu?” Mereka menjawab, “(Perkataan) yang benar,” (Saba: 23)

✅ Informasi tentang Allah ✔️

✔️ Informasi yang didapati akal tentang hakekat sesuatu dengan satu dari tiga cara.

Permata – melihat langsung.
Kedua – dengan melihat yang semisal nya
Ketiga – info dari sumber yang terpercaya.

✔️Coba kita terapkan.

🔹Misal nya ruh
Tidak bisa lihat langsung
Tidak ada yang semisalnya
Informasi ada tapi terbatas seperti yang dikatakan dalam Al Qur’an dan hadits

🔹Misal nya tentang Allah

1. tidak pernah melihat langsung Allah, bahkan tidak bakal mampu, seperti yang dijelaskan Al Qur’an tentang Musa alaihissalam. Begitu juga Saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Mi’raj tidak melihat Allah karena ada cahaya yang menutupi.

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Ketahuilah bahwa tidak ada seorang pun diantara kalian dapat melihat Allah sampai meninggal dunia.” (HR Muslim)

Maka itu tatkala Nabi Musa rindu ingin melihat Allah,

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَمَّا جَآءَ مُوْسٰى لِمِيْقَا تِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗ ۙ قَا لَ رَبِّ اَرِنِيْۤ اَنْظُرْ اِلَيْكَ ۗ قَا لَ لَنْ تَرٰٮنِيْ وَلٰـكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَـبَلِ فَاِ نِ اسْتَقَرَّ مَكَا نَهٗ فَسَوْفَ تَرٰٮنِيْ ۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًا ۚ فَلَمَّاۤ اَفَا قَ قَا لَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَ نَاۡ اَ وَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Rabb-ku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.””
(QS. Al-A’raf 7: Ayat 143)

Manusia lihat matahari saja tidak mampu, dengan fisik yang sekarang tidak mungkin manusia bisa melihat Allah secara langsung.

Dalam hadits , saat Nabi ﷺ Mi’raj, Sahabat pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah Nabi melihat Allah ketika isra mi’raj? Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

نور أنى أراه

“Ada cahaya (menghalangi), bagaimana aku melihat-Nya.” HR Muslim.

✅❗Jadi tidak mungkin untuk melihat Allah secara langsung.

2. Tidak ada yang semisalnya.
Ini tidak juga tidak mungkin karena Allah berfirman.

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Nya

Yang ada hanyalah dari info yang terpercaya.

✔️3. Info dari sumber terpercaya yaitu Al Qur’an dan Sunnah.
Kita terima apa yang Allah kabarkan xtanpa tahu khayalkan, tidak perlu ditasybihkan, kita pahami maknanya adapun hakikatnya kita tidak bakalan mengetahuinya.

✅Kaidah Ahlu Sunnah – kita harus memutus keinginan untuk mengetahui hakikat sifat Allah.
Berbicara tentang Sifat Allah adalah bagian dari Dzat Allah.

Allah lah yang Paling Tahu Diri-Nya.

Kenapa ada yang mengatakan Allah tidak punya tangan, tidak punya wajah karena datase yang ada dirinya hanya database makhluk.

🔸Begitu juga kita terapkan bahwa Malaikat punya jantung. Begitu jin punya jantung.
Ketika Dzat berbeda maka hakikat nya juga berbeda.

✅ Imam Malik ketika didatangi oleh seseorang di majlisnya, kemudian bertanya: “Ar-Rahman ‘alal ‘Arsy istawa, bagaimana istiwa’-Nya?”

Beliau رحمه الله tertunduk dan marah. Dan tidaklah beliau pernah marah seperti marahnya ketika mendengarkan pertanyaan tersebut. Beliau pun meneteskan butiran-butiran keringat dari dahinya;

Beberapa saat kemudian beliau رحمه الله pun tersadar dan mengangkat kepalanya, seraya berkata:

الْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ، وَاْلأِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُولٍ، وَاْلإِيْمَانُ بِِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ، وَإنِّي َلأَخَافُ أَنْ تَكُوْنَ ضَالاًّ.

“Tentang bagaimananya tidak bisa diketahui dengan akal, tentang makna istiwa’ sudah diketahui; beriman dengannya adalah wajib (info dari Allah), dan bertanya tentangnya (tentang kaifiyah) adalah bid’ah. Dan sungguh aku khawatir bahwa engkau adalah orang yang sesat.”

Contoh istiwa seperti penjelasan Imam Malik.

♦️Lafal al Istiwa yang artinya diatas.

Banyak ayat. Menggunakan Lafazh istiwa.

1. Terkait Allah, istiwa di atas. Arsy.

Ini ada 7 ayat.

( ٱلرَّحْمَـٰنُ )
عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

Allah Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy.

ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ

Kemudian Bersemayam di atas Arsy.

Dzat Allah kita tidak bisa tahu
Atasnya Arsy juga juga tidak tahu

Disinilah akal kita terbatas. Diantara yang tidak bisa dipahami akal adalah tentang sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

✅➡️ Sehingga ahlu sunah – menetapkan tanpa membagaimanakan.

Seperti perkataan Imam Malik di atas.

2. Makhluk beristiwa diatas makhluk lainnya.
Ada beberapa ayat, diantaranya

🔹Istiwa manusia diatas tunggangan

لِتَسْتَوُۥا۟ عَلَىٰ ظُهُورِهِ
Kata Allah agar kalian ber istiwa di atas tunggangan.

Kita tahu manusia, kita tahu kuda sehingga mudah dibayangkan.

🔹Istiwa nya Nabi Nuh (manusia) diatas kapal.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَاِ ذَا اسْتَوَيْتَ اَنْتَ وَمَنْ مَّعَكَ عَلَى الْـفُلْكِ

فَقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ نَجّٰٮنَا مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِيْنَ

“Dan apabila engkau dan orang-orang yang bersamamu beristiwa di atas kapal.”
(QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 28)

Kita bisa bayangkan juga. Karena Kita tahu manusia dan tahu kapal. Bisa dianalogikan.

🔹Istiwa Kapal diatas gunung, yaitu kapal Nabi Nuh.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَا سْتَوَتْ عَلَى الْجُوْدِيِّ

“dan kapal Nabi Nuh itu pun beristiwa di atas Gunung Judi.” (QS. Hud 11: Ayat 44)

Kita tahu gunung dan tahu kapal maka kita bisa bayangkan.

🔹Istiwa tanaman di atas batangnya

فَٱسْتَوَىٰ عَلَىٰ سُوقِهِ

dan tumbuhan kokoh di atas batangnya; Surat Al-Fath (48) ayat 29

Ini semua kita paham karena data nya ada.

✖️ Ahlu bid’ah menggunakan akal dan menggunakan data yang salah, dipikir dia makhluk maka ini tidak mungkin dan menurut mereka istiwa dimaknai istaula = menguasai.

✖️Bila dimaknakan Istaula – bila artinya menguasai maka bagaimana mungkin,

ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ

Kemudian Bersemayam di atas Arsy.

❓bahwa Allah tidak kuasai Arsy sebelumnya?

Ini seperti pembahasan tentang takdir, kita terima saja, karena akal sangat sulit memahami nya. Karena kita berbicara tentang hikmah Allah.

✅Allah tidak perlu ditanya tentang apa yang Allah lakukan.
Allah yang paling paham tentang diri-Nya.

♦️2. Akal butuh syariat bagaikan mata butuh cahaya.

♦️3. Syariat tidak mendatangkan perkara yang tidak masuk akal (dan tidak kontradiktif) akan tetapi perkara yang akal tidak sampai.

♦️4. Tidak mungkin syariat bertentangan dengan akal, bisa jadi akal yang tidak sampai atau dalil yang lemah.

🔵 *Maka jika ada dalil shahih yang akal tidak bisa mencerna, maka kita terima*

Allah ciptakan iblis dan kita beriman.

Maka ketika ada hadits tentang lalat yang mampir cangkir, kita tenggelamkan lalat tersebut. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِى شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ، ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ ، فَإِنَّ فِى إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالأُخْرَى شِفَاءً

“Jika ada seekor lalat yang terjatuh pada minuman kalian maka tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat” (HR. Al Bukhari).

Ternyata hadits ini terbukti kebenarannya secara saintific.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْۤ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 65)

Allah berfirman,

فَإِنْ تَنازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ

Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya). (An-Nisa: 59)

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah..

Diantara tafsir ayat ini adalah jangan kalian punya ide tentang syariat Allah.

Kadang-kadang yang bertentangan dengan hawa nafsu, menjadikan kita punya ide syariat.. Coba kalau ini boleh dst.

➡️✅ *Menurut Mutakalimin. Mendahulukan akal dari pada dalil*

Ar-Rozy punya aturan yaitu kaidah universal bahwasanya bila akal bertentangan dengan dalil maka akal harus didahulukan.

Al Qadhi Abdul Jabbar (Al Mutazilah) dalam kitab Syarah Al Ushul Al Khommsah – berkata – dalil itu argumentasi ada empat, yaitu Hujjatul Aql (Aql) , Al Qur’an, Sunnah dan Ijma. Adapun marifatullah – tidak mungkin mengenal Allah kecuali Akal.

Al Iji – kitab Al Mawaqif (Asyairah) – ketika seorang membahas tentang masalah syariat, terutama masalah Allah, teologi dan kenabian, dia harus tahu bahwa dalil ini tidak bertentangan dengan akal. Kalau ternyata dalil ini bertentangan dengan akal maka akal harus didahulukan.

Ini kaidah mereka, sehingga mereka banyak mentakwil, banyak menolak.

Al Juwaini-begitu Juga Ar Rozy berkata jika akal bertentangan dengan dalil maka akal didahulukan.

Al Juwaini – jika ada dalil naql (Al Qur’an maupun sunnah) bertentangan dengan akal, maka harus ditolak.

Oleh karena itu mereka banyak mentakwil karena menurut mereka tidak masuk akal.

LOGIKA mereka – kita beriman dengan adanya Tuhan karena akal kita yang menunjukkan hal itu.

Akal adalah pokok, syariat adalah furu – cabang.

❗Al Juwaini -dalam kitab Al Irsyad – perkara teologi harus dengan akal. Al Qur’an dan Sunnah dibangun di atas akal. Yang akhirnya Allah hanya punya tujuh sifat. Dst.
Allah punya sifat berbicara dan akhirnya ada Al Qur’an, dan Al Qur’an mengabarkan adanya Rasul, sunnah Nabi ﷺ.

Kita beriman dengan Allah kecuali akal menunjukkan hal tersebut (menurut mereka).

✅Akal adalah pokok/asal, dalil Al Qur’an dan Sunnah adalah cabang.
Jika kontradiktif maka didahulukan pokok yaitu akal.

♦️BANTAHAN

1️⃣🔹Bantahan1 – logika

Akal adalah ojek
Dalil adalah dokter (misal dokter mata).
Datang orang sakit yang cari dokter mata, ojek tahu dokter mata terbaik. Ojek antar si sakit ke dokter mata. Dokter mata kasih resep.

Kata ojek – ini resep salah.

Menurut kita – percaya ojek atau dokter mata?

Kata ojek – kamu harus ikut saya..

✅♦️Bantahan nya mudah – karena saya percaya sama ojek yang penunjukannya benar lanjutkan konsekuensi, maka saya pakai resep dokter tersebut.

Konsekuensi kita beriman dengan Allah, maka Allah pasti benar, konsekuensi kita beriman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka Rasulullah ﷺ tidak mungkin salah. ♦️

❗2️⃣BANTAHAN 2,

kalau akal jadi patokan, akal yang mana?

Akal Jahmiyah, akal Mu’tazilah dan akal Asyariyah berbeda – pakai yang mana karena mereka juga ada pertentangan.

Mutazilah dan Asyairah terus bertengkar, padahal sama-sama mendahulukan akal.

Namun akal Mu’tazilah dan akal Asyairah berbeda maka produk nya berbeda.

Ada 4 mahdzab berbeda tentang sifat-sifat Allah yaitu – Falasifah yunani, Falasifah Ibnu Sina dan Alfarobi, ataukah akal Mutazilah Al Qodhi Abdul Jabbar dan lainnya atau akal Asyairah.

Imam Malik berkata – katakan kepada ku dengan akal siapa harus menimbang Al Qur’an dan Sunnah, maka seharusnya Al Qur’an dan Sunnah adalah barometer akal kita.

Al Qur’an dan Sunnah yang filter akal manusia bukan sebaliknya.

➡️❗Buktinya – kalian sepakat Mendahulukan akal akan tetapi Produk aqidah kalian berbeda/selisih.

Falasifah ✖️Mutazilah ✖️Asyariah ✖️Maturidiyah.

♦️3️⃣ BANTAHAN 3

Allah jelaskan bahwa ada orang-orang yang tidak menggunakan akal sebagaimana mestinya (secara benar).

Allah berfirman,

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?

قُلْ إِنَّمَآ أَعِظُكُم بِوَٰحِدَةٍ ۖ أَن تَقُومُوا۟ لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَٰدَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا۟ ۚ مَا بِصَاحِبِكُم مِّن جِنَّةٍ
Katakanlah: “Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu.

Akal mereka gunakan tapi salah (tidak sebagaimana mestinya).

♦️4️⃣Bantahan 4 – jika kita benarkan kaidah ini maka akan mengantarkan rusak aqidah dan syariat. .

Contoh – Ibnu Sina. (Falasifah) berkata – Hari kiamat yang dibangkitkan cuma ruh, kenapa jasad tidak bisa? Karena jasad tidak masuk akal. Kenapa tidak masuk akal, mau jasad yang mana (kecil, muda, besar, tua).

Ulama bantah bukannya banyak dalil bahwa yang akan dibangkitkan itu jasad dan bukan ruh?

Kata Ibu sina – itu perlu saya takwil karena tidak masuk akal. Sebagaimana kalian wahai Asyairah, wahai Mutazilah – boleh mentakwil sifat-sifat Allah karena menurut kalian tidak masuk akal, ini juga boleh saya takwil.

Ibnu sina – berkata – Allah tidak tahu tentang makhluknya secara detail. Hanya secara global karena ilmu Allah hanya statis. Ini juga karena akal. Gampangannya Allah tidak perlu mikirin manusia yang nakal – nakal.

✖️Kelaziman nya Allah tidak tahu apa yang kita lakukan, kelaziman nya Allah jahil..

Itu semua karena logika..

Orang liberal banyak menolak syariat karena logika.

Contoh l – homoseksual boleh menurut orang liberal.

Ar Rozy dalam kita Al Mathalib Al Aliyah berkata – Allah harus ditetapkan sifat-sifat ikhtiariyah (setelah menolak banyak sifat Allah, di penghujung hayat mulai sadar).
Syairnya – di akhir hayat Ar Rozy – ujung dari Mendahulukan akal hanyalah terikat (kekakuan) dan usaha orang untuk Mendahulukan akal adalah kesesatan. Saya tidak mendapatkan Faidah dari perjalanan panjang pencarian saya, hanya kumpulkan katanya begini katanya begitu.
Sungguh aku telah mengamati pembahasan ilmu kalam, pembahasan filsafat, aku tidak m mendapati itu bisa menghilangkan penyakit dan tidak bisa hilangkan dahaga.
Aku lihat jalan yang paling bagus adalah Alquranul Karim. Aku baca dalam penetapan sifat

( ٱلرَّحْمَـٰنُ )
عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

Dan aku baca tentang penafian – tidak ada yang serupa dengan sesuatu.

Dan dia menyesal… Di akhir hayat. Karena sibuk dengan ilmu kalam.

✅ Praktek As Shufiyah, meninggalkan Akal dan dalil.

Ini secara umum. Punya pendalilan al mukasyafah dan semisalnya.

Shufiyah susah didefinisikan karena terlalu banyak model. Ada ibadah, dalam zuhud,dalam aqidah, ada thariqat..

Imam Syafi’i –

لَوْ أَنَّ رَجُلاً تَـصَوَّفَ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ لَمْ يَأْتِ عَلَيْهِ الظُّهْرُ إِلاَّ وَجَدْتَـهُ أَحْمَقَ

“Kalau ada orang yang belajar tasawuf di pagi hari, maka tidaklah datang waktu Zhuhur kecuali orang tersebut akan engkau jumpai menjadi manusia yang dungu.

♦️Perkataan mereka :

Daud Al Kabir: jangan percaya pada aku dengar – periwayatan (hadits)- tapi percaya pada aku melihat (mukasyafah).

Abul Hasan al Zajili ; sesungguhnya ilmu-ilmu yang kita pelajari hanyalah khayalan jika bandingkan dengan ilmu ilham.

Mereka berkata- para nabi dan para wali terbuka perkara-perkara dan masuklah ilmu cahaya Allah dalam dada mereka tidak perlu belajar

✔️Contoh cara mereka dalam Berdalil.

🔸1. Mengaku ketemu Nabi dalam kondisi sadar. (يقطح).

Tijani – mengaku berdiskusi dengan Nabi ﷺ.
Mengaku lebih hebat dari pada sahabat.
(padahal para sahabat saja gak pernah bertemu dengan Nabi ﷺ setelah wafat).

Sya’roni : seorang hamba mencapai tingkat ilmu marifat sampai berkumpul dengan Nabi ﷺ.

Dhabaq – yang lebih utama daripada surga adalah melihat Nabi langsung di alam nyata.

Ahmad tijani : Rasulullah ﷺ bertemu dengan ku dalam kondisi hadir/nyata dan berkata kepadaku – kau termasuk orang yang aman dan semua yang melihat engkau termasuk orang-orang yang aman.

❌Tentu ini hal yang batil.❌

🔸2. Mengaku ketemu Nabi dalam mimpi dan ajarkan syariat.

🔹Seperti pengakuan Ibnu Arobi dalam bukunya Fushul al Hikam. Mengaku mimpi bertemu Rasulullah ﷺ bulan Muharam tahun 627 H di Damaskus dan ajarkan syariat dalam kitab yang dicetak dalam 200-300 halaman, yang isinya Fir’aun masuk surga.

🔹Asy Syoyadi tokoh sufi rifaiyah – ada dalam mimpinya orang sholeh bertemu Nabi dan bilang Maulid itu benar.

🔹Syaikh Muhammad Al Bajeli – bertemu dengan seorang wali seukuran memerah sapi (sebentar) itu lebih utama daripada beribadah sampai tubuh terpotong-potong.

Termasuk hadits kopi – juga atas pengakuan dalam mimpi.

🔸3. Ketemu Nabi Khidir.

Semoga bermanfaat.

$$##-aa-##$$

Navigasi Series<< PENGANTAR ILMU AQIDAH-2
Bagikan Catatan:

2 Comments

    1. Qadarullah Ustadz tidak melanjutkan…. Sebenarnya itu ada di kitab beliau Syarah Rukun Iman. Barakallahu fiikum.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *