7 menit membaca

*PILAR AKHLAK MULIA*
Ustadz Rizal Yuliar Putrananda
29 Rajab 1445H /10 Feb 2024
Masjid Izzatul Islam Grand Wisata

Jiwa kita ini sering lupa dan perlu diingatkan.

Adalah sebuah kesalahan bila pembahasan akhlak adalah hanya sebagai pelengkap.

Akhlak adalah inti dari ajaran agama. Bila belajar agama nya benar maka akhlaknya akan bagus.

➡️ Akhlak mulia itu ada pilar-pilar yang penting. Yang berdasar pada Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad ﷺ.

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu’anhu, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik‘” (HR. Tirmidzi)

Dalam hadits ini terdapat tiga unsur.

1. Unsur hubungan baik seorang hamba dengan Allah
2. Unsur hubungan hamba dengan diri sendiri
3. Unsur hubungan hamba dengan sesama manusia

1️⃣ Menjaga Lisan.

Interaksi dengan Allah misal berdoa.
Misal saat hujan, lisan harus dididik. Bukan malah mencela hujan, bukan keyakinan karena adanya bintang tertentu.

Cerminan iman – contoh nya Hujan ini karena karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Perhatikanlah bahwa banyak orang yang ber konflik karena lisan yang buruk.

Ingatlah bahwa Nabi Musa alaihi salam memohon kepada Allah agar saudaranya menjadi teman dakwah karena lisan yang bagus.

{وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا}

Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku. (Al-Qashash: 34)

🔸Nasihat lain adalah dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”

🔸Ingatlah bahwa setiap kata yang kita ucapkan harus dipertanggungjawabkan.

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌۭ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Surat Qaf (50) Ayat 18

🔸Nabi shallallahu alaihi wasallam pun saat bercanda tidak berbohong.

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنِّي لأَمْزَحُ , وَلا أَقُولُ إِلا حَقًّا

“Aku juga bercanda namun aku tetap berkata yang benar.” (HR. Thobroni).”

🔸Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَقُولُوا۟ قَوْلًۭا سَدِيدًۭا

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
Surat Al-Ahzab (33) Ayat 70

Ayat menjelaskan adanya lautan iman dan lisan.

Bisik-bisik pun diatur dalam Islam.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

۞ لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍۢ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَـٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Surat An-Nisa (4) Ayat 114

Sebentar lagi masuk Ramadhan, salah satu yang meningkatkan mutu puasa adalah menjaga lisan.

Sahabat ‘Uqbah bin ‘Aamir radhiyallahu ‘anhu bertanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ

“Wahai Rasulullah, apakah keselamatan itu?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

“Jagalah lisanmu, hendaklah rumahmu membuatmu merasa lapang (artinya: betahlah untuk tinggal di rumah), dan menangislah karena dosa-dosamu.” (HR. Tirmidzi)

Yang paling banyak menyeret manusia ke neraka adalah lubang mulut dan lubang kemaluan.

Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ

“Barangsiapa yang dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (yaitu mulut, pen.) dan di antara kedua kakinya (yaitu kemaluan, pen.), maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari no. 6474)

Ingat lah bahwa kadang lisan kita diam namun tangan mewakili lisan dengan tulisan yang buruk.

Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, beliau berkata:

أنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – مرَّ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: «إنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ في كَبيرٍ! بَلَى إنَّهُ كَبِيرٌ: أمَّا أَحَدُهُمَا، فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ، وأمَّا الآخَرُ فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ».

Pernah suatu ketika Rasulullah ﷺ melewati dua kuburan, beliau bersabda: “Sesungguhnya dua orang penghuni kubur ini sedang disiksa dengan siksaan kubur. Mereka tidak diazab pada suatu hal yang besar, namun memang perbuatan itu perbuatan yang besar. Adapun salah satu di antara dua orang tersebut berjalan untuk mengadu domba di antara manusia (dengan menyampaikan perkataan dari satu orang ke orang yang lain untuk merusak hubungan di antara dua orang tersebut). Adapun satunya lagi yang diazab dalam kubur, dia adalah orang yang tidak membersihkan kencingnya.” (Muttafaqun alaih)

Di dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ , ketika mengetahui dua orang ini diazab dalam kubur mereka, maka beliau mengambil sebuah pelepah kurma, kemudian membagi dua, dan menanam salah satu pelepah kurma itu di satu kuburan, sedangkan yang satunya lagi di kuburan yang sampingnya. Kemudian beliau mengatakan: “Aku berharap dengan syafaatku ini, selama pelepah kurma ini masih basah, semoga mereka dihentikan azab tersebut.”

2️⃣ Menjauh dari hal yang bukan urusannya atau yang tidak bermanfaat baginya.

Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’di mengatakan bahwa salah satu yang merusak kualitas hidup adalah hal yang demikian.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi).

Hal ini butuh latihan.📍

🔍Ini tidak berarti kita individualis – tetapi proporsional. Sesuai dengan kapasitas dan kompetensi.

3️⃣ Jangan marah.

Sebisa mungkin selesaikan masalah dengan tanpa kemarahan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa seorang pria berkata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Wahai Rasulullah, berikan saya wasiat.’ Maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: ‘Jangan engkau marah, jangan engkau marah.’” (HR. Bukhari)

Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu bertanya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ قَالَ لَا تَغْضَبْ ولك الْجَنَّةَ

Di sini Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan bahwasannya beliau meminta kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk menunjukkan kepada beliau suatu amalan yang bisa membuat beliau masuk surga. Maka jawaban Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam senada dengan hadits Abu Hurairah : ” لَا تَغْضَبْ (jangan engkau marah dan engkau akan mendapatkan surga).

🔸Hadits jangan marah ini dimasukkan dalam 40 hadits utama ajaran Islam oleh Imam Nawawi. Arbain an Nawawi.

📍Surga telah Allah siapkan untuk
1. Orang yang istiqomah sedekah
2. Orang yang menahan amarah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

{وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ}

Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 133)

{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ}

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit. (Ali Imran: 134)

وَالْكاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعافِينَ

dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. (Ali Imran: 134)🔍

Sabar dan maaf itu perlu latihan.

4️⃣ Mencintai untuk saudara muslim atas apa yang kita cintai untuk diri sendiri.

Ini level yang sangat tinggi.

Salah satu doa yang Allah ajarkan untuk menghilangkan kebencian.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَا لَّذِيْنَ جَآءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَـنَا وَلِاِ خْوَا نِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِا لْاِ يْمَا نِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَاۤ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa,

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.””
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 10)

Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,

“Kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun berkata, ‘Akan muncul kepada kalian sekarang seorang penduduk surga.’ Maka munculah seseorang dari kaum Anshar, jenggotnya masih basah terkena air wudhu, sambil menggantungkan kedua sendalnya di tangan kirinya. Tatkala keesokan hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan perkataan yang sama, dan munculah orang itu lagi dengan kondisi yang sama seperti kemarin. Tatkala keesokan harinya lagi (hari yang ketiga) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan perkataan yang sama dan muncul juga orang tersebut dengan kondisi yang sama pula. Tatkala Nabi berdiri (pergi) maka ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash mengikuti orang tersebut lalu berkata kepadanya, “Aku bermasalah dengan ayahku dan aku bersumpah untuk tidak masuk ke rumahnya selama tiga hari. Jika menurutmu aku boleh menginap di rumahmu hingga berlalu tiga hari?” Maka orang tersebut menjawab, “Silakan.”

Anas bin Malik melanjutkan tuturan kisahnya,

“Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash bercerita bahwasanya ia pun menginap bersama orang tersebut selama tiga malam. Namun ia sama sekali tidak melihat orang tersebut mengerjakan shalat malam. Hanya saja jika ia terjaga di malam hari dan berbolak-balik di tempat tidur maka ia pun berdzikir kepada Allah dan bertakbir, hingga akhirnya ia bangun untuk shalat Shubuh. ‘Abdullah bertutur, ‘Hanya saja aku tidak pernah mendengarnya berucap kecuali kebaikan.’

Dan tatkala berlalu tiga hari –dan hampir saja aku meremehkan amalannya- maka aku pun berkata kepadanya, ‘Wahai hamba Allah (fulan), sesungguhnya tidak ada permasalahan antara aku dan ayahku, apalagi boikot. Akan tetapi aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata sebanyak tiga kali bahwa akan muncul kala itu kepada kami seorang penduduk surga. Lantas engkaulah yang muncul, maka aku pun ingin menginap bersamamu untuk melihat apa sih amalanmu untuk aku teladani. Namun aku tidak melihatmu banyak beramal. Lantas apakah yang telah membuatmu memiliki keistimewaan sehingga disebut-sebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam?’ Orang itu berkata, ‘Tidak ada kecuali amalanku yang kau lihat.’ Abdullah bertutur,

فَلَمَّا وَلَّيْتُ دَعَانِي، فَقَالَ: مَا هُوَ إِلَّا مَا رَأَيْتَ، غَيْرَ أَنِّي لَا أَجِدُ فِي نَفْسِي لِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا، وَلَا أَحْسُدُ أَحَدًا عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ . فَقَالَ عَبْدُ اللهِ هَذِهِ الَّتِي بَلَغَتْ بِكَ، وَهِيَ الَّتِي لَا نُطِيقُ

‘Tatkala aku berpaling pergi, ia pun memanggilku dan berkata bahwa amalannya hanyalah seperti yang terlihat, *hanya saja ia tidak memiliki perasaan dendam dalam hati kepada seorang muslim pun dan ia tidak pernah hasad kepada seorang pun atas kebaikan yang Allah berikan kepada yang lain*.’

Abdullah berkata, ‘Inilah amalan yang mengantarkan engkau (menjadi penduduk surga, pen.) dan inilah yang tidak kami mampui.” (HR. Ahmad)

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Salam, beliau bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه

“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

📍Mencintai saudara muslim itu ibadah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4)

Ibnu Abbas menafsirkan akhlak adalah agama Islam ini.
sesungguhnya engkau Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agam Islam.

Semoga bermanfaat.

#akhlaq #tauhid #RizalYuliarputrananda
#salaf #sunnah

##$$-aa-$$##

Bagikan Catatan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *